Luhak Limo Puluah Koto disebut juga luhak nan bungsu karena luhak ini adalah luhak yang terakhir berdiri di Minangkabau. Ungkapan khas luhak ini “buminyo sajuak, aianyo janiah, ikannyo jinak”. Ini menggambarkan masyarakatnya yang homogen dan penuh kerukunan, memiliki ketenangan dalam berpikir.
Asal usul Luhak Limo Puluah Koto:
- Dahulu di puncak gunung Merapi terdapat 3 buah luak (tempat mengambil air dari lobang yang di gali di tanah) atau lazimnya di sebut sumur, namun luhak ini dangkal, sedang kan sumur kebanyakan dalam, salah satu dari luak yang ada itu menjadi tempat minum 50 keluarga. Kemudian yang 50 puluh keluarga ini mereka pindah ke sebelah timur gunung Merapi dan memberi nama tempat baru itu dengan Luhak Limo Puluah, kemudian ditambah dengan kata “koto” di belakangnya.
- Berangkat sebanyak 50 orang dari Pariangan. Sampai di suatu tempat mereka bermalam. Pagi-pagi ternyata anggota rombongan kurang lima orang, entah ke mana. Jadi anggota rombongan telah berkurang (luhak). Lalu anggota rombongan yang tinggal membuat daerah baru yang diberi nama Luhak Limo Puluah Koto.
Lima Puluh Kota terdiri empat bagian. Keempat wilayah tersebut adalah:
a. Sandi
Daerahnya
dari Bukit Sikabau Hilir sampai Muaro Mudiak, Nasi Randam hingga Padang
Samuik ketepi yang meliputi Nagari Koto Nan Gadang dan Koto Nan Empat
sekarang ini.
b. Luhak
Luhak
daerahnya dari Mungo Mudiak hingga Limbukan Hilia, Mungo, Koto Kaciak,
Andaleh, Tanjuang Kubu, Banda Tunggang, Sungai Kamuyang, Aua Kuniang,
Tanjuan Patai, Gadih Angik, Limbukan, Padang Karambia, Limau Kapeh, Aia
Tabik Nan Limo Suku.
c. Lareh
Yang
menjadi wilayah lareh sejak dari Bukik Cubadak sampai mudiak hingga
Padang Balimbiang Hilir. Pusatnya di Sitanang Muara Lakin. Perkembangan
dan perpindahan penduduk selanjutnya lahir nagari-nagari Ampalu,
Halaban, Labuah Gunuang, Tanjuang Baringin, Kurun, Labuak Batingkok,
Tarantang, Sari Lamak, Solok, Padang Laweh.
d. Hulu
Yang
termasuk wilayah hulu dalam Luhak Lima Puluh Kota adalah yang
“Berjenjang Ke Ladang Laweh Berpintu Ke Sungai Patai, Selilit Gunuang
Sago, Hinggo Labuah Gunuang Mudik Hinggo Babai Koto Tinggi”.
Dari
Luhak Lima Puluh Kota perkembangan selanjutnya ke Muaro Sungai Lolo,
Tapus Rao Mapattunggal, Kubu Nan Duo, Sinuruik, Talu Cubadak, Simpang
Tonang, Paraman, Ampalu, Aua Kuniang, Parik Batu, Sasak, Sungai Aua, Air
Balam, Sikilang Aia Bangih.Dari Niniak Nan Balimo (nenek yang berlima) yang meninggalkan rombongan telah membuat tempat kediaman baru yaitu Kuok, Bangkinang, Salo, Rumbio, Aia Tirih. Sebagai daerah Luhak Lima Puluh Kota adalah Kabupaten Lima Puluh Kota sekarang.
Sejarah ini di ambil dari Minangkabau(dot)info via http://nagarisitujuahgadang.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar