Jumat, 19 Juli 2013

Pesona Lembah Harau


Rasanya saya langsung pengin menetap di Lembah Harau sesampainya di sini. Suasana alam pedesaaan yang asri, hijau persawahan, ditambah pula dengan tebing-tebing granitnya yang gagah. Sempurna sekali, bukan hanya bagi pencari keheningan namun bagi siapa saya yang melihatnya.
Bahkan sesaat sebelum menyisir sebagian Lembah Harau yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Koto, Sumatera Barat ini, saya sudah takjub. Mobil dipaksa berhenti sejenak di luar Lembah Harau. Sekedar menikmati panorama Lembah Harau dari kejauhan untuk beberapa saat.
Saat itu jalanan cukup lengang. Benar-benar menggambaran sebuah desa yang cocok digunakan untuk menua bersama waktu barang sejenak.

Selepas memasuki Kawasan Wisata Lembah Harau dengan membayar sejumlah Rupiah uang masuk (Rp. 40.000,00 untuk 1 Mobil Kia Travello berisi 9 orang), mobil berjalan di pinggir tebing-tebing tinggi.  Rasanya kerdil banget memandang megahnya tebing-tebing ini.



Saya dan teman-teman memutuskan berhenti di pinggir Lembah Echo Homestay, yang merupakan salah satu penginapan yang ada di kawasan Lembah Harau. Di saat beberapa teman berkeliling mengabadikan keindahan Lembah Harau, saya diberi tahu oleh Pak Sopir untuk mencoba berteriak di sekitaran Lembah Echo ini.  Saya pun iseng mencoba berteriak, tapi untungnya saya tidak sampe berteriak, “DEMIII TU….HAAAANNNNNN!!”
Untung, deh, saat itu belum jaman Eyang Subur! 





Di lembah sekitar tebing yang diberi tanda Echo ini saya berteriak sekencang-kencangnya tanpa malu-malu sekalian menuntaskan segala keluh kesah tentang masa lalu , “AKHHHHHHHHHHHHHHH……”
Dan, hanya berselang beberapa menit kemudian teriakan saya pun terdengar lagi, “AKHHHHHHHHHH……”


Tidak ingin berlama-lama berteriak-teriak kesetanan di Lembah Echo, saya dan teman-teman kembali bergerak menuju salah satu air terjun di Lembah Harau, yang sayangnya lagi nggak banyak airnya.
Di sekitaran air terjun ini terdapat beberapa warung tenda yang bisa dijadikan tempat beristirahat sejenak. Kebetulan ada teman yang belum sempat sarapan sehingga kegiatan selanjutnya ada bergosip pagi ala ibu-ibu rumpi.



Di sela-sela ngomongin politik maupun kawin siri, saya dan beberapa teman tertarik untuk mencicipi kerupuk opak segede gaban yang dijual di warung itu. Hal-hal sederhana seperti makan bareng di warung dan menemukan kerupuk opak segede  gambreng lengkap dengan sambal uniknya ini cukup mampu menambah pesona keindahan Lembah Harau.
Kalau ada kesempatan lagi saya mau kok nginep di Lembah Echo Home stay beberapa hari karena emang suasanan cukup sunyi, cocok banget untuk terapi hati. #eeaa



http://www.dansapar.com/2013/04/26/pesona-lembah-harau/

Kamis, 18 Juli 2013

Ngalau Indah Payakumbuh

Ngalau indah Payakumbuh terdapat tak jauh setelah batas 'Selamat datang' di kota Payakumbuh. Tarif masuk sebesar lima ribu rupiah. Tempa ini terdapat di bukit. Jadi jangan kaget melihat jalanan yang berkelok-kelok dan lumayan curam. Tak ada pembatas di samping jurang, maka dari itu kendarailah mobil secara perlahan. Inti dari ngalau indah adalah pemandangan alam yang masih konsisten dijaga. Disekitar hanya terdapat pepohonan besar dan menjulang. Bila anda ingin mendapat objek foto yang bagus, masuklah ke dalam gua. Stalaktit yang tertempel di batu-batu menimbulkan efek hijau bila terkena blitz foto. Banyak objek foto yang dapat diambil. Biasanya akan ada juru foto yang siap akan mengikuti anda dari pertama masuk hingga keluar. Tidak usah risih! Mereka juga berguna untuk menjadi pemandu perjalanan anda di dalam gua. Hawa yang terdapat dalam gua ini lumayan dingin dan kondisi di dalam gua cukup gelap. Para juru foto ini sudah siap dengan senter di tangan. Banyak kelelawar beterbangan, jadi jangan heran bila ada bau-bau tak sedap. Itu semua berasal dari kotoran kelelawar. Beberapa objek yang indah untuk difoto bersama seperti batu berbentuk kursi raja, batu kelambu putri, dan batu ibu menangis. Menurut penuturan salah seorang juru foto, bila batu yang masih mengandung fosfor (tandanya berkelap-kelip seperti glitter) itu masih hidup. Bila hujan turun, batu ini akan bergeser (tumbuh) dan untuk batu yang terkena lumut, bila terkena sentuhan tangan manusia, ia akan rapuh dan hancur.

Air Terjun Lembah Harau - Lima Puluh Koto





Lembah Harau mempunyai tujuh air terjun (sarasah) yang mempesona. Ketinggian masing-masing air terjun berbeda-beda antara 50-90 meter. Air terjun tersebut mengalir dari atas jurang yang membentang di sepanjang Lembah Harau.  Memasuki Taman Wisata Lembah Harau, seperti berada dalam sebuah benteng dengan tebing .  kemerah-merahan dengan ketinggian antara 150 hingga 200 meter. Tebing itu tegak dengan kokohnya yang mengelilingi lembah.

Lembah Harau ini terbentuk akibat ad
anya patahan turun atau block yang turun membentuk lembah yang cukup luas dan datar. Salah satu tanda-tanda atau untuk melihat dimana lokasi patahannya adalah dengan adanya air terjun. Ini artinya dahulu ada sungai yang kemudian terpotong akibat adanya patahan turun, sehingga membentuk air terjun. Secara geologi, batuan yang ada disitu berumur cukup tua, kira-kira 30-40 juta tahun. Batuan seumur ini yang sangat halus berupa serpih yang merupakan batuan yang banyak mengandung organic carbon.

Kawasan objek wisata Lembah Harau
terdiri dari 3 (tiga) kawasan : Kawasan Aka Barayu, Sarasah Bunta, dan Rimbo Piobang.

Pada kawasan Aka Barayun yang memiliki keindahan air terjun yang mempunyai kolam renang, yang memberikan nuansa alam yang asri juga berpotensi untuk pengembangan olah raga panjat tebing karena memiliki bukit batu yang terjal dan juga mempunyai lokasi yang bias memantulkan suara (echo). Disini juga terdapat fasiltas penginapan berupa homestay yang bisa dimanfaatkan wisatawan yang ingin menginap lengkap dengan fasilitasnya. Konon Sarasah Aka Barayun dari legenda dalam masyarakat yang berada di sekitarnya Cagar Alam Lembah Harau dulunya adalah Laut.

Untuk kawasan Sarasah Bunta yang terletak disebelah timur Aka Barayun, memiliki empat air terjun (sarasah) Aie Luluih,  Bunta, Murai dan Aie Angek.   Sarasah Aie Luluih,  air yang mengalir melewati dinding batu dan dibawahnya mempunyai kolam tempat mandi alami yang asri, dari cerita dari orang tua-tua dulu, ada kepercayaan mandi atau membasuh muka di sarasah aie luluih dapat mengobati jerawat dan muka akan terlihat cantik dan awet muda. Sarasah Bunta dimana sarasah ini mempunyai air terjunnya yang berunta-unta indah seperti bidadari yang sedang mandi apabila terpancar sinar matahari siang sehingga dinamakan “Sarasah Bunta” . Sarasah Murai , pada sarasah ini sering pada siangnya burung murai mandi sambil memadu kasih sehingga masyarakat menamakan “Sarasah Murai “.dan apabila mandi di bawah air terjun kedua sarasah ini, dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa , lekas mendapat jodoh bagi yang belum menikah.

Pada Sarasah Aie Angek belum banyak dikunjungi wisatawan, airnya agak panas berada arah keutara dari “Sarasah Murai”.

Sedangkan pada kawasan Rimbo Piobang sampai akhir tahun 2008 belum berkembang karena direncanakan untuk Taman Safari.
Lembah Harau ini juga terbagi 2 daerah wisatanya yaitu Sarasah Bunta dan Aka Barayun( Akar Berayun-red). Di Sarasah Bunta terdapat 5 buah air terjun, dan di Aka Barayun cuman ada 1 air terjun. Air Terjun di Lembah Harau ini sangat jernih dan dingin, dan juga ada ikan-ikan kecil. Untuk air terjun di Aka Barayun sudah berupa kolam sehingga berenang jadi lebih enak. Sedangkan yang di Sarasah Bunta penampungan air terjunnya masih alami sehingga bermain di air terjunnya jadi lebih asyik.harau2
Jika merasa bosan dengan air terjun doank, sebaiknya memilih lokasi ke Akar Berayun karena disana fasilitas lebih lengkap dan disana juga sudah dilengkapi oleh Cottage/Resort. Selain itu di daerah akar berayun juga tersedia Bendi alat trasportasi tradisional Minangkabau serta juga dapat ditemui Kebun Binatang kecil dan juga bisa mengunjungi tempat penangkaran kupu-kupu. Dan yang lebih asyik disana juga telah disediain akses para pendaki tanpa alat dengan menaiki anak tangga sampai tebing paling atas, sehingga bisa melihat pemandangan seluruh Lembah Harau.

Legenda Menurut alkisah, pada suatu masa raja Hidustan berlayar bersama istri dan anaknya putri Sari Banilai. Perjalanan ini dalam rangka syukuran karena sang putri telah bertunangan  dengan seorang pemuda dari Hindustan yang bernama Bujang Juaro. Sebelum berangkat kedua insan tersebut telah mengikat janji dan bersumpah sehidup semati. Putri Sari Banilai bersumpah apabila ia ingkar janji, ia rela menjadi sebuah batu. Sebaliknya Bujang Juaro juga bersumpah apabila dia yang ingkar, dia akan berubah menjadi ular.
Dalam perjalanan perahu mereka dihempas badai dan terdampar disebuah selat. Akibat dari hempasan badai perahu tersebut menjadi rusak, dan untuk mencegah karam, perahu ditambatkan pada batu besar yang mengapit selat tersebut.
Mereka ditolong oleh penduduk setempat, dan karena statusnya yang bangsawan, mereka diterima oleh penguasa Harau, tempat dimana mereka terdampar. Kondisi kapal yang rusak parah, membuat mereka tidak bisa segera berlayar kembali. Hubungan kedua keluarga raja tersebut semakin akrab. Karena mereka merasa kerasan dan diterima dengan baik oleh masyarakat setempat, raja Hindustan ingin menikahkan putrinya dengan pemuda setempat yang bernama Rambun Paneh. Dia tidak tahu mengenai perjanjian antara putrinya dan Bujang Juaro.
Waktu berlalu, kedua pasangan tersebut telah dikarunia anak. Pada suatu hari, mainan anaknya jatuh ke dalam air, dan tidak muncul kembali. Sudah barang tentu anak tersebut menangis sejadi-jadinya, dan membuat ibunya merasa kasihan. Tanpa pikir panjang, putri Sari Banilai langsung terjun ke dalam laut untuk mengambil mainan tersebut.
Sungguh malang, alih-alih mendapatkan mainan anaknya, justru ombak besar datang menghempasnya dan membuat sang putri terjepit diantara batu-batu besar.
Saat itu sang putri teringat dengan janjinya kepada Bujang Juaro. Ia kemudian berdoa kepada Tuhan agar air disurutkan, dan kalau memang dia membuat kesalahan dia rela disumpah menjadi batu. Air kemudian surut secara perlahan, begitu juga tubuh sang putri, perlahan-lahan berubah menjadi batu.
Lokasi

Terletak di Nagari Harau, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Koto, Propinsi Sumatera Barat.

Peta dan Koordinat GPS: 0° 6' 33.04" S  100° 38' 57.69" E 

Aksesbilitas


Berjarak ± 138 Km dari Padang ±, 47 Km dari Bukittinggi, sekitar ± 18 Km dari Kota Payakumbuh, dan ±2 Km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota.  Dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau umum dengan konsisi beraspal rata dan bagus.  Hanya saat mendekati tiga air terjun disisi kanan pintu masuk, jalan sekitar 200 m belum diaspal.

Bagi yang menggunakan kendaraan umum dari kota Bukittinggi di awali dari terminal Aur Kuning.  Naik bis jurusan Payakumbuh, kemudian diteruskan dengan naik bus ke Sari Lama atau Lamaksari. Dari Sari Lama perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 4 km (sekitar satu jam) menuju ke pintu masuk cagar alam. perjalanan dapat dilanjutkan dengan kendaraan umum yang khusus ke Lembah Harau, atau dapat naik angkutan umum ke Pangkalan atau ke Pakan Baru dan turun di Sari Lamak yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Lima Puluh Kota

Dari Sari Lamak ini sebagai petualang anda dapat saja berjalan kaki paling sekitar 5 KM untuk sampai ke Lembah Harau atau sewa Ojek agar lebih bebas menikmati keindahan Objek Wisata ini.



Tiket dan Parkir

Tiket masuk untuk anak-anak Rp. 3.000,-per orang dan untuk dewasa Rp.5.000,- per orang.


Akomodasi dan Fasilitas

Tersedia  pondok kecil dan Rumah Gadang di dasar lembah untuk tempat menginap. Harga sewa kamar semalam bervariasi, mulai dari Rp 50.000,- hingga Rp 2 juta per malamnya. Bagi para peminat olah raga panjat tebing, disediakan pemandau yang akan membimbing untuk melakukan olah raga tersebut.

Juga tedapar warung-warung kecil yang menjual makanan dan minuman.
Di sini, tersedia fasilitas rekreasi seperti kolam pemandian, tempat berkemah, dan jlan setapak untuk hiking keliling kawasan. Harga tanda masuk relatif murah. Di loket penjualan karcis, akan mendapatkan peta kawasan cagar alam dan suaka margasatwa Lembah Harau. Bila membutuhkan penunjuk jalan, kita juga bisa menggunakan jasa tenaga guide yang yang dibayar harian.

Sumber :
http://www.harau.info/index.php?mod=content&act=read&id=15&title=lembah-harau-dan-legendanya&menu_id=0

http://jalanjalanterus.wordpress.com/2007/10/25/lembah-harau-50-kota-sumbar/
http://inioke.com/konten/3038/hemel-harau-lembah-harau-yang-mempesona.html

https://sites.google.com/site/wisataairterjun/sumatera-barat/air-terjun-lembah-arau 

Lambang Daerah dan Arti
Lambang Daerah dan Arti
Lambang Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota
A.   BENTUK DASAR OVAL : Melambangkan jiwa persatuan, Bulek Sagolongan, Picak Salayangan, Barek Samo Dipikua, Ringan Samo Dijinjiang.
B.   WARNA BIRU  : Melambangkan sifat ramah tamah dan setia, Aianyo Janiah Ikannyo Jinak, Sayaknyo Landai, Dalam nan indak Taajuk, Dangkanyo Nan Indak Tasubarangi, buayonyo gadang nan maunikan..
C.   WARNA MERAH PUTIH : Melambangkan Bendera Kebangsaan.
D. PADI : Melambangkan Lima Puluh Kota sebagai daerah agraris yang menghasilkan padi sebagai bahan pangan pokok bagi rakyat.
E. KAPAS : Melambangkan bahwa rakyat Lima Puluh Kota suka bertenun menghasilkan sandang.
F. GUNUNG dan SUNGAI : Melambangkan bahwa daerah Kabupaten Lima Puluh Kota alamnya bergunung-gunung dan bersungai-sungai.
G. CARANO : Melambangkan jiwa musyawarah, Tuah Sakato, Cilako Basilang.
H. RUMAH BAGONJONG LIMO : Melambangkan Adatnya nan Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah nan indak Lakang dek Paneh, Indak Lapuak dek Hujan.
I. BINTANG PERSEGI LIMA : Dengan warna Kuning adalah Lambang Ketuhanan Yang Maha Esa.
J. TULISAN 50 : Mengingatkan pada sejarah asal usul sebabnya daerah ini dinamakan Luhak Limo Puluah. - http://www.limapuluhkotakab.go.id/profil/1/lambang-daerah-dan-arti.html
:: Kecamatan Payakumbuh ::
GEOGRAFI
Kecamatan Payakumbuh merupakan salah satu wilayah Administrasi Pemerintahan dalam Kabupaten Limapuluh Kota dengan ibukota Kecamatan adalah Koto Baru Simalanggang. Luas daratan mencapai 99,47 Km2 yang berarti 2,97 % dari luas wilayah Kabupaten Limapuluh Kota yang luasnya 3.354,30 Km2. Kecamatan Payakumbuh terdiri dari 7 nagari dan 27 jorong, adalah :
  1. Nagari Koto Baru Simalanggang 9,01 Km2 dengan 3 jorong,yaitu: 1)Koto Baru, 2) Parumpuang, dan 3)Tabek Panjang .
  2. Nagari Taeh Baruh 11,23 Km2 dengan 6 jorong,yaitu:1) Dalam Koto, 2)Kubu Godang, 3)Parik Dalam,4) .Padang Parik Panjang 5).Koto Kociek dan 6).Koto Puji.
  3. Nagari Taeh Bukit 23,7 Km2) dengan 4 jorong,yaitu:1) Pogang, 2)Talago, Bukit Tapung, 4)Pabatungan.
  4. Nagari Simalanggang 26,91 Km2) dengan 4 jorong,yaitu :Api-api, 2)Balai Rupih,3)Koto, 4)Tabiang Ronah,
  5. Nagari Piobang 9,83 Km2 dengan 3 jorong,yaitu:1)Piobang, 2)Gando, 3)Ampang
  6. Nagari Sungai Baringin 11,35 Km2 dengan 4 jorong,yaitu:1)Lareh Nan Panjang, 2)Koto Tangah, 3)Guguk, 4)Tanjung Munti.
  7. Nagari Koto Tangah Simalanggang 7,44 Km2 dengan 3 jorong,yaitu:1)Batu Nan Limo, 2) Kapalo Koto, 3) Tambun Ijuak
Batas wilayah Kecamatan Payakumbuh adalah sebelah Utara Kecamatan Mungka, Selatan Kecamatan Akabiluru dan Kota Payakuumbuh, Timur Kecamatan Harau dan Kota Payakumbuh,Barat Kecamatan Mungka dan Guguak.
TOPOGRAFI
Topografi Kecamatan Payakumbuh bervariasi antara datar dan berbukit-bukit dengan tinggi tempat terendah berada pada Pakan Rabaa Nagari Kota Tangah Simalanggang ( 505 m) dan daerah tertinggi berada pada Gunung Bungsu Nagari Taeh Bukit (1253 m) Dikecamatan ini terdapat satu buah Gunung yang tidak aktif lagi yakni Gunung Bungsu (1253 m) yang terletak di Kenagarian Taeh Bukit, dan ada 4 (empat ) buah sungai besar/kecil (Sinamar, Belubus, Pilola, dan Lampasi) yang mengaliri daratannya yang telah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk sumber irigasi, memancing dan meme-lihara ikan dalam keramba serta galian C.
SEJARAH MENURUT TAMBO
Menurut Tambo Payakumbuh ini dikenal dengan pemerintahan Niniak Nan Baranam atau anak nan baranam, yaitu :
  1. Pucuak di Taeh bergelar Dt. Angku Soik,
  2. Rajo di Simalanggang bergelar Dt. Bandaro,
  3. Dubalang di Piobang bergelar Dt. Rajo Baguno,
  4. Imam di Sungai Baringin bergelar Dt.Banso Dirajo,
  5. Bilal di Lubuak Batingkok bergelar Dt. Tunaro,
  6. Penghulu di Gurun bergelar Dt. Sabatang.
Batas wilayah menurut tambo adalah : Tarantang ka Bukik Panjang (batas Sungai Beringin dengan Koto Nan empat) ,taracak Ka Bukik Palano, tajulua Kaliang Ula (batas perambahan dengan Piobang ),tabayak Ke Batu Labi (simpang Parambahan),takilek Ka Api-api (persawahan orang Simalanggang di Lampasi), mamudiak Kabatang Sinamar,talilik Ka Kubu Gadang, tasalek Ka Bukik Apik, Menurun Galangang Baruak (Batas dengan Durian Gadang ), air karuah Batu Batuduang ( Sungai Beringin )
ZAMAN BELANDA
Niniak Nan Baranam ini dibawah Kelarasan Sungai Baringin dengan Tuanku Larehnya Berkedudukan di Piobang. Nama Tuanku Lareh Sungai Beringin Terakhir adalah Abdullah Datuk Paduko Tuan. Berdasarkan Lembaran Negara No.418 tahun 1905 , Nagari Gurun Dan Lubuak Batingkok dipisah dari Kelarasan Sungai Beringin dan membentuk kelarasan Baru yang diberi nama Kelarasan Lubuak Batingkok dengan Nagari; Lubuak Batingkok, Gurun, dan Koto Tuo. Nama Tuanku Lareh terakhir dari Kelarasan Lubuak Batingkok adalah Kawi Datuak Rajo Penghulu.
ZAMAN KEMERDEKAAN
Sejak kemerdekaan wilayah Kecamatan Payakumbuah terdiri dari 12 Nagari. Berdasar-kan Perda No.14 Tahun 2001 tangal 29 Oktober Kecamatan Payakumbuah dipecah menjadi dua ,yaitu Kecamatan Payakumbuah dan Akabiluru. Nama Camat (data belum lengkap ) Drs. Musdar Darwis, Elfi Rahmi. S.Sos, (. ), Ir. Wal Asri (2004-2005), Hendri Yoni. S.Sos (2005-2007 ),Drs.Syaiful (2007-2008),M.Ali Firdaus .S.Sos.(Jan 2009-Desember 2010), Drs. Rahmat Hidayat, MSi (Januari 2011-Sekarang)
AGAMA
Untuk menunjang kehidupan beragama di Kecamatan Payakumbuh terdapat fasilitas tempat ibadah berupa Masjid (22 buah), Mushala (30 buah), dan Langgar (27 buah). Masyarakatnya 100 % memeluk agama Islam. Jumlah ulama 16 orang, mubalig 31 orang, penyuluh agama 16 orang dan khatib 23 orang.
KEPENDUDUKAN
Jumlah Penduduk Kecamatan Payakumbuh adalah 29.769 jiwa yang terdiri dari laki-laki 14.687 jiwa dan perempuan 15.082 , jiwa dengan sex rasio 97,38 % dengan tingkat kepadatan penduduk 299 jiwa/km2. Sumber mata pencaharian penduduk adalah petani (85 %), pedagang (10 %), jasa dan buruh lainnya sekitar (5 %).
PENDIDIKAN
Sarana pendidikan di Kecamatan Payakumbuh yang telah tersedia baru pada tingkat pendidikan TK sampai SLTA. Sarana pendidikan TK berjumlah 15 (lima belas) unit. Sarana pendidikan SD tersebar disemua nagari berjumlah 29 (dua puluh sembilan) unit. Untuk tingkat pendidikan SLTP sederajat berjumlah 8 (delapan) unit. Dan untuk tingkat pendidikan SLTA berjumlah 1 (satu) unit.
KESEHATAN
Dibidang kesehatan, fasilitas dan sarana kesehatan di Kecamatan Payakumbuh juga masih sangat terbatas. Untuk melayani 7 Nagari yang ada hanya terdapat 1 unit Puskesmas , 5 unit Puskesmas Pembantu (Pustu) , Polindes 15 unit dan Posyandu 52 unit. Adapun tenaga medis yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari 1 orang dokter umum,1 orang dokter gigi, perawat umum 2 orang, perawat gigi 2, dan16 orang bidan.

Potensi Kecamatan Payakumbuh

SAWAH, TERNAK UNGGAS, GALIAN C, INDUSTRI ANYAMAN DAN KEPARIWISATAAN

PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Di Bidang Pertanian, Kecamatan Payakumbuh memiliki potensi yang dapat menjadi andalan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Dari total Sawah 1.981 Ha dengan luas panen 4.327 Ha dengan produksi 20.942,68 ton GKP pertahun tersebar di tujuh nagari, dan dengan sumber air irigasi yang cukup kenagaraian Sungai Beringin berpotensi untuk dijadikan tempat kegiatan penangkar benih padi. Untuk pengembangan tanaman jagung dengan luas tanam 429 ha pertahun tersebar di lima Nagari yakni,Piobang, Koto Baru Simalanggang, Simalanggang, Koto Tangah Simalanggang, dan Taeh Baruah
PETERNAKAN DAN PERIKANAN
Kondisi Kecamatan Payakumbuah sangat mendukung untuk usaha pengembangan ternak unggas ( ayam buras, ras dan itik ), terdapat adalah Ayam Petelur dengan populasi mencapai 901.182 ekor, ayam pedaging 68.016 ekor ,Ayam Buras 58.155 ekor , dan Itik 42.783 ekor. Sapi merupakan hewan ternak besar yang paling banyak terdapat di Kecamatan Payakumbuah. Populasi Sapi adalah 3.686 ekor ternak Kerbau 1.587 ekor , Kambing 1.449 ekor . Sementara luas Kolam adalah 51,60 ha dengan produksi 506,68 ton/tahun, Luas Budidaya Ikan di Sawah 1.676 Ha dengan produksi 93,64 ton/tahun , luas penangkapan ikan diperairan umum dengan luas 116,90 ha dengan produksi 11,17 ton/tahun. Untuk Usaha Perikanan terutama pada pemeliharaan ikan dengan Keramba berpeluang dikembangkan pada daerah yang dialiri oleh empat sungai besar/kecil. (Sinamar, Belubus,Pilola, dan Lampasi ).
PERTAMBANGAN
Di Bidang Pertambangan galian C, berpotensi pada nagari Taeh Baruah,dan pada nagari yang dilewati keempat sungai besar/kecil tersebut. sementara untuk pembuatan Batu Bata dan Batu Gunung pada kenagarian Taeh Bukit .
INDUSTRI RUMAH TANGGA
Di Bidang Industri rumah tangga yang dapat dikembangkan seperti anyaman dari bambu pada nagari Koto Baru Simalanggang, sedangkan kerajinan bordir banyak kita jumpai di kenagarian Kota Tanggah Simalanggang, Simalanggang, Taeh Baruah, dan Koto Baru Simalanggang.
KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Dibidang Pariwisata yang berpotensial dapat dikembangkan adalah pada kenagarian Taeh Bukit, pertama pendakian Gunung Bungsu yang alamnya indah yang dapat terlihat Kota Payakumbuh dan Nagari sekeliling Gunung Bungsu dari atas puncaknya, kedua adanya Situs sejarah Batu Boro Bono di jorong Talago, dan tidak kalah baiknya dikembangkan lapangan golf yang bertaraf Nasional. Kesenian Anak Nagari yang dapat dikembangkan adalah Randai, Talempong Pacik, Barinai suatu nyanyian yang didendangkan sambil menyadap nira dari pohon enau, Basidodok suatu nyayian berbalas pantun diwaktu menuai padi disawah.
PASAR DAN LEMBAGA KEUANGAN
Di Kecamatan ini bagi masyarakat yang ingin menjual hasil buminya serta membeli keperluan harian terdapat 2 (dua) buah pasar yakni Pasar Di Kototangah Simalanggang setiap hari Rabu dan Pasar Di Taeh Baruh setiap hari Jumat. - http://www.limapuluhkotakab.go.id/kecamatan/7/payakumbuh.html
:: Kecamatan Kapur IX | Sejarah dan Potensi ::
GEOGRAFIS
Kecamatan Kapur IX adalah salah satu dari tiga belas kecamatan yang ada di bagian timur Kabupaten Limapuluh Kota. Luas wilayah Kecamatan Kapur IX 723,36 Km2 yang berarti 21,56 % dari luas Kabuputen Limapuluh Kota yang luasnya 3.354,30 Km2,yang terdiri dari 7 nagari dan 31 jorong.
  1. Nagari terluas adalah Nagari Galugua 128 Km2 terdiri dari 4 jorong,yaitu: (a)Galugua, (b) Koto Tangah, (c) Tanjung Jajaran, (d)Morgan,
  2. Nagari Sialang 117 Km2 terdiri dari 4 jorong, yaitu :(a)Sialang Bawah, (b)Sialang Ateh, (c)Lubuk Koto, (d)Ronah Bengkek,
  3. Nagari Lubuak Alai 106 Km2 terdiri dari 6 jorong, yaitu :(a)Suka Karya, (b)Alai Baru, (c) Rumbai, (d) Balai Tangah, (e) Koto Tinggi, (f)Saiduanau,
  4. Nagari Koto Lamo 103,36 Km2 terdiri dari 5 jorong, yaitu (a)Koto Tuo, (b)Koto Tangah, (c)Tanjung Bungo, (d) Lolo, (e)Sungai Nyanyiang,
  5. Nagari Muaro Paiti 95 Km2 mempunyai 6 jorong, yaitu :(a) Kampuang Baru, (b) Kampuang Dalam, (c) Kampung Talawi, (d) Sungai Panjang Indah, (e) Kampung Duri, (f) Koto Tinggi,
  6. Nagari Koto Bangun 91 Km2 mempunyai 3 jorong, yaitu: (a)Pulau Sialang, (b) Simpang,(c)Kampung Baru
  7. Nagari Durian Tinggi 81 Km2 terdiri 3 jorong, yakni: (a) Bintungan Sati, (b)Cinta Maju, (c)Ranah Pembangunan
Ibu kecamatan adalah Muaro Paiti yang terletak 78 Km dari Kota Sarilamak.Batas Kecamatan adalah sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Propinsi Riau,Selatan Kecamatan Bukit Barisan dan Gunuang Omeh, Timur Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Barat Kabupaten Pasaman.
TOPOGRAFI
Topografi Kecamatan Kapur IX bervariasi antara datar,bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian dari permukaan laut terendah pada nagari Lubuak Alai ( 137m dpl) dan tertinggi puncak Bukit Sapan Kijang di Nagari Koto Lamo (720 m dpl).
Kecamatan ini mempunyai Bukit diantaranya : B. Sangkar Puyuah, B.Batu Aguang, B.Rimbo Putus, B.Rimbo Pancuang,B. Sapan Kijang, B.Pandan, B. Rangau, B.Tadung, B.Batu Putiah,B.Alang Gadang, B.Kandang Lawan, B.Luncing, B.Lereng Bincang,B.Karsik Nambun,B. Koto Gilingan, B. Angau, B. Tapanggang,B. Bakar, B.Luncung, B.Pandam, B.Rimbo Sangkar,B. Batu Putiah, B.Malin, B.Balego, B.Patai,B. Tusam, B. Mangkudu, B.Batang Manau, B.Gong dan B.Ngalak.
Daratannya dialiri dengan banyak sungai besar dan kecilyang telah dimanfaatkan masyarakat untuk transportasi mempergunakan speed boat, sumber irigasi sawah , pencarian ikan dan sumber Galian C pasir dan kerekel . Nama –nama sungai tersebut adalah : Sungai Batang Kapuar, Batang Sopan, Batang Gamuruah, Batang Mangan, Batang Karuah, Kapua Putiah, Kapua Ketek, Sungai Keluaran,Sungai Janiah, Batang Jolu, Batang Tialan,Batang Morgan, Batang Tiawan, Batang Gian dan Batang Dondan.
SEJARAH MENURUT TAMBO
Dalam Tambo disebutkan bahwa Kecamatan Kapur IX sekarang merupakan bagian Ranah dari Luak Limo Puluah dan merupakan wilayah Tengah dari Kampar Kanan. Yang dikatakan Kapur IX adalah : Koto Lamo, Lubuak Alai, Koto Bangun, Durian Tinggi, Sialang, Kapua, Pongkai, Gunuang Malelo, dan Tanjuang Muaro Takuih.
Sementera itu Galugua disebutkan dengan VI Koto Kampar yang terdiri dari dua bagian ,pertama Galugua III Koto di Mudiak atau Galugua Ateh atau dinamakan juga Muaro Sungai Lolo. Kedua Galugua III Koto di hilia atau galugua Bawah.
Adapun susunan pemerintahan Kampar menurut adat adalah Pemerintahan Bandaro yang disebut dengan andiko 44 , yang 40 jatuh ke Kampar dan yang empat jatuh ke Kapua IX, dan yang jatuh ke Kapur IX yaitu :1) Dt. Rajo Balai di Muaro Takus sebagai Pucuk Andiko 44, 2) Dt. Sati di Gunuang Malelo sebagai Timbalan Pucuk Andiko, 3) Dt. Bandaro di Tanjuang sebagai Timbalan Pucuk Andiko dan Rajo Mahimpun di Muaro Takus sebagai manti pucuk andiko. Dan sebagai andiko lainnya adalah : Dt. Rajo Malelo di Muara Takus, Dt. Parabu di Pongkai, Dt. Majo di Gunuang Malelo, Dt. Bandaro Kayo di Lubuak Alai,Dt, Bandaro Kuniang di Muaro Paiti, Dt. Bandaro Hijau di Durian Tinggi, Dt. Bandaro Sati di Lolo Koto Lamo, Dt. Rajo di Galugua
ZAMAN BELANDA
Dizaman Belanda Kapur IX dinamakan Kelarasan Kapua nan Sembilan dan daerah (Landschap) Galugua III Koto di Hilia yang merupakan bagian dari Kecamatan Kampar Atas ,Kabupaten Limapuluh Kota dengan pusat pemerintahanya di Bangkinang dengan Kontroler : OP Besseling, Jaksa Royan Dt. Jamarif dan Ajung Jaksa adalah Majid Khatib Sampono dan Halat Sutan Marajo.
Setelah perobahan pembagian administrasi Sumatera Barat bulan Nopember 1914 maka Kecamatan Kapur IX bernama Onderdistrik Sialang (Kapur IX dan Galugua III Koto ) dari Onderafdeling Pangkalan , Afdeling Limapuluh Kota dengan Assiten demangnya bernama Jamaluddin Dt. Indo Marajo berkedudukan di Sialang.
ZAMAN KEMERDEKAAN
Pada awal kemerdekaan wilayah Kecamatan Kapur IX merupakan bagian dari kewedanaan Bangkinang , Luhak Lima Puluh Kota. Setelah Agresi Belanda II berdasarkan intruksi Gubernur Militer Sumatera Tengah No. 10/GM/ST/ 49 tanggal 9 Nopember 1949, dan diresmikanlah Kabupaten Limapuluh Kota Pada Tangal 19 Desember 1949, maka Kecamatan Kapur IX merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Limapuluh Kota.
Nama-nama camat Kecamatan Kapur IX adalah : Azhar Hamid (1949-1952), Gudang (1952-1953),Tengku Aladin (1953-1954), Tengku Saleh (1954-1955),Bagindo Ami (1955-1955), R. Dt. Doyok (1955-1957), Maran (1957-1960),Amran Zai (1960-1963), Naswar (1963-1964), Hatribal (1964-1967), Yusri,HI(1967-1968), Syahruddin (1968-1969), Amasri,BA (1969-1972), Mahyudin Tamara BA (1972-1973),Muzahar Abdulah, BA (1973-1977), Yohanes Dahlan ,BA (1977-1980), S.Dt.Rajo Sulaiman BA (1980-1983), Ruswan Abbas ,BA (1983-1985), Drs. Syafruddin Darab, BA (1985-1986), Drs. Mohammad Guntur (1986-1989) Karateker Drs. Syahmunir (1989-1990), Drs.Erminas (1990-1994), Drs. Don Adonis ( 1994-1996), Drs. Ridwan ( 1996-1998), Busman,BA (1998-2000), Musdar Darwis, Ba ( 2000- 2002) dan Ir Wal Asri (2002-2004),Drs.Basnida Efrizal.M.Si (2004-2005), M.Ali Firdaus,S.Sos (2005-2008),Drs.Ilyas (Jan 2009- Mar 2010), Yan Agusra.S.Sos.M.Si (Mar 2010- Desember 2010 ), Elsiwa Fajri (Januari 2011-Sekarang )
AGAMA
Untuk menunjang kehidupan beragama di Kecamatan Kapur IX terdapat fasilitas tempat ibadah berupa Masjid (22 buah), Mushala (8 buah), dan Langgar (34 buah). Masyarakatnya 100 % memeluk agama Islam. Jumlah ulama 24 orang, mubalig 93 orang, penyuluh agama 13 orang dan khatib 22 orang.

Potensi Kecamatan Kapur IX

TAMBANG BATU BARA DAN MARMAR DI KENAGARIAN KOTO LAMO

Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Kapur IX adalah 26.479 jiwa yang terdiri dari laki-laki 13.587 jiwa dan perempuan 12.892 jiwa dengan sex Rasio 105,39 % dan tingkat kepadatan penduduk 37 jiwa/Km2. Sumber mata pencaharian penduduk adalah petani baik sebagai petani sawah maupun sebagai petani karet dan gambir dengan persentase 87 %, pedagang 10 % dan lainnya 3 % dari jumlah penduduk yang usianya produktif.
Pendidikan
Sarana pendidikan di Kecamatan Kapur IX yang telah tersedia sejak tingkat pendidikan TK sampai SLTA. Sarana pendidikan TK berjumlah 20 (dua puluh) unit. Sarana pendidikan SD tersebar disemua nagari berjumlah 31 (tiga puluh satu) unit. Untuk tingkat pendidikan SLTP Negeri 4 (empat) unit. Dan untuk tingkat pendidikan SLTA berjumlah 1 (satu) unit.
Kesehatan
Dibidang kesehatan, fasilitas dan sarana kesehatan di Kecamatan Kapur IX juga masih sangat terbatas. Untuk melayani 7 Nagari yang ada hanya terdapat 2 unit Puskesmas , 7 unit Puskesmas Pembantu (Pustu) , Polindes 10 unit dan Posyandu 30 unit. Adapun tenaga medis yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari 4 orang dokter, perawat 8 orang, 18 orang bidan.
Pertanian dan Perkebunan
Di bidang Pertanian dengan luas Sawah 1.204 Ha,produksi Padinya belum mampu untuk memenuhi konsumsi masyarakat di Kecamatan Kapur IX, peluang peningkatan produksi adalah melalui penanaman Padi Ladang. Lahannya yang berbukit dan bergelombang merupakan potensi besar dalam penanaman gambir dimana masyarakatnya telah yang mempunyai lahan gambir terluas di Kabupaten Limapuluh Kota, yakni seluas 5.682 ha dengan total produksi 4.764,10 ton pertahun atau 40,4 % dari total produksi Kabupaten Limapuluh Kota sebesar 11.790,60 ton.
Peternakan dan Perikanan
Kerbau merupakan hewan ternak besar yang paling banyak terdapat di Kecamatan Kapur IX. Populasi ternak Kerbau 802 ekor, Sapi adalah 351 ekor, Kambing 1.328 ekor .Selain itu, jenis unggas yang paling banyak terdapat adalah Ayam Buras dengan populasi mencapai 46.694 ekor dan Itik 8.571 ekor, Ayam petelur 1.014 ekor. Sementara luas Kolam adalah 52,70 ha dengan produksi 700,24 ton/tahun, Luas Budidaya Ikan di Sawah 595 Ha dengan produksi 80,44 ton/tahun , luas penangkapan ikan diperairan umum dengan luas 450 ha dengan produksi 43,13 ton/tahun.
Pertambangan
Di bidang Pertambangan Kecamatan Kapur IX mempunyai potensi seperti : Tambang Batu Bara di Kenagarian Koto Lamo .Nagari Galugua mempunyai potensi Tambang Batu Bara dan Marmar. Sedangkan potensi Galian C yang terdiri dari pasir dan batu berukuran kerikil (Sirtukil) terdapat di Btang Air Paiti,Pambangan, Kapur nan kaciak, dan Kapur nan gadang , dan Tanah Liat di Kenagarian Lubuak Alai.
Pariwisata
Di Bidang Pariwisata yang dapat dikembangkan dan perlu pengelolaan oleh anak nagari adalah : Di Kenagarian Lubuak Alai adalah Air terjun dan irigasi ,di kenagarian Koto Lamo Batu Lasuang, Situs kebudayaan Batu Basurek dan sebuah Prasasti batu keramat dan batu mejan milik suku melayu Dt. Bosa Di kenagarian Sialang ada Panorama Alam. Di Kenagarian Muaro Paiti terdapat Pemandian Air Panas. Di nagari Durian tinggi terdapat Tapak Candi Koto Gilingan, sedangkan di kenagarian Galugua terdapat 3 okasi temat rekreasi yaitu; ngalau di tepi batang kampar, Batu kamunyi dan batu tungku. Goa atau ngalao apabila dikelola dengan baik dapat sebagai peningkatan ekonomi melalui pemeliharaan burung walet; seperti di kenagarian Koto lamo ada 25 lokasi, di kenagaraian Sialang terdapat ngalau Langkuik, Di Muaro Paiti ada 1 lokasi, dan di Galugua ada 2 lokasi yakni ngalao Batu Rajo dan Langkuik Kolam.
Pasar
Untuk memasarkan hasil bumi dan membeli keperluan rumah tangga di Kecamatan Kapur IX pada masing-masing nagari mempunyai pasar nagari, Lubuak Alai Pasar Tipe A hari minggu, Dinagari Koto Lamo ada 3 unit, yakni di jorong Tanjung Bungo setiap hari Rabu, Jorong Koto Tangah setiap hari Kamis, dan di jorong Koto Tuo setiap hari jumat, di Nagari Sialang ada 2 unit di jorong Ranah Bengkek hari jumat dan pasar di Sialang Ateh hari jumat. Di nagari Muaro Paiti pasar Tipe B pada hari kamis, Pasar Durian Tinggi Type A pada hari senin , dan di Galugua pasar Type A pada hari Jumat.- http://www.limapuluhkotakab.go.id/kecamatan/13/kapur-ix.html

Kecamatan Bukit Barisan

KEADAAN GEOGRAFIS
Kecamatan Bukik Barisan lahir berdasarkan Perda No.14 Tahun 2001 tentang Penataan Wilayah Kecamatan di Kabupaten Limapuluh Kota yang diresmikan pada tanggal 22 Januari 2002 dengan camatnya Yasir.M, BA, sebelumnya kecamatan ini bernama Perwakilan Suliki Gunung Mas di Bukik Bulek. I
bu Kecamatan berada pada Nagari Banja Loweh. Luas wilayah Kecamatan ini 294,20 Km2 yang berarti 8,77% dari luas Kabupaten Limapuluh Kota yang luasnya 3.354,30 Km2 yang terdiri dari 5 Nagari dan 37 jorong dengan rincian sebagai berikut :
  1. Nagari yang terluas adalah Nagari Maek 122,06 Km2 (41,5%) terdiri dari 12, yaitu :(a) Koto Gadang, (b) Sopan Tanah, (c)Bungo Tanjuang,(d)Aur Duri, (e)Ampang GadangI, (f)Ampang Gadang II, (g)Koto Tinggi I, (h)Koto Tinggi II, (i)Koto Tinggi III, (j)Ronah, (k) Sopan Gadang,(l) Nenan,
  2.  Nagari Baruah Gunuang 67,8 Km2 (23,03%) terdiri dari 9 jorong yaitu: (a) Baruah GunuangI,(b)Baruah Gunuang II, (c)Banda Raik, (d)Pauh, (e)Bigau, (f)Bukik Kombuk, (g)Tobek Godang, (h)Kubu Baru, (i)Padang Tangah,
  3.  Nagari Banja Laweh 49 Km2(16,7%) terdiri dari 6 jorong,yaitu (a)Banja Laweh Gadang,(b)Banja Laweh Ketek, (c)Jambak, (d)Bukik Bulek, (e)Tabek (f)Guntuang,
  4. Nagari Koto Tangah 36,36 Km2(12,4 %) terdiri dari 5 jorong,yaitu:(a)Koto Tangah, (b)Paninjauan, (c)Padang Loweh, (d)Datar dan (e)Tebing Tinggi,
  5. Nagari Sungai Naniang 20 Km2(7,1 %), terdiri dari 5 jorong, yaitu : (a)Batu Balabuah I, (b)Batu Balabuah II, (c)Kampuang Baru, (d)Pematang Aua, (e)Apar .
Batas Kecamatan Sebagai berikut: Sebelah Utara dengan Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Selatan dengan Kecamatan Suliki, Timur Kecamatan Mungka , Barat Kecamatan Gunuang Omeh.
TOPOGRAFI
Topografi Kecamatan ini berbukit dan bergelombang dengan tinggi tempat terendah berada pada Ronah Nagari Maek (260 m) dan tertinggi Bukik Bungsu (1.280 m) di Nagari Baruah Gunuang.
Disebabkan Kecamatan ini bernama Bukik Barisan karena mempunyai banyak Bukit diantaranya : Bukit Gadap,Baluik, Kambuik, Bungsu, Sanggua, Bonai, Sugi-sugi, Bapaneh, Panawar, Tabiang Tarah, Tan Kincir, Apik, Bulek, Nan Kodok, Mudiak Solok, Talang, Panjang, Kosan, Puncak Kasiah, Puncak Rumbai, Kubang Sarah, Gemai-gemai, Paningkuan, Bajo,Pao Ruso ,Kuliang,Baranak, Lakuang, Putiah,Kuduang, Pungai, Bulan, Posuak, Labuah Bantiang,dan Kariangan.
Daratanya dialiri oleh Sungai besar dan kecil : Batang Maek dengan anak sungainya B.Maek Hampa, B. Maek Kuniang,B. Maek Gadang, B. Maek Karuah, S. Dareh, S, Limau, B. Air Dingin,Panawar, Sibaliang, Pelangsingan, Sugak, Durian, Talang, Simantuang, dan Nenan.Batang Palimbatan anak sungainya Air Sirah, Ngalau, Ambacang,Mariadu, Batu Hampa, Kandang, Janiah dan Talang. Batang Nenan dengan anak sungainya Nenan Ketek, Nenan Gadang, Sariak, dan Naniang. Batang Saruaso yang melintasi nagari Sungai Naniang yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber irigasi, mandi, transportasi, dan galian C
SEJARAH MENURUT TAMBO
Wilayah Kecamatan Bukik Barisan ini merupakan bagian Hulu dari Kampar Kanan yang disebut “ Di Hulu Tungku nan Tigo “( Limbanang,Koto Laweh, Koto Tangah, Koto Tingi, Sungai Dadok, Sungai Naniang) dan Maek sebagai pematang Ranah Koto Kampar.
Ninik nan Barampek dari Kampar Kanan adalah Dt. Bandaro di Maek, Dt. Majo Indo di Koto Laweh, Dt. Siri di Mungka dan Dt. Rajo Dubalai di Muaro Takus.
ZAMAN BELANDA
Di zaman Belanda Nagari yang ada di Kecamatan Bukik Barisan ini merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Puar Data dan Maek dengan ibu Kecamatannya di Suliki, yang terdiri dari 3 Kelarasan :   Kelarasan Koto Laweh   (Nagari Koto Tinggi, Pandam Gadang, Talang Anau,Koto Tangah, Banja Laweh,Baruah Gunuang dan Sungai Naniang), Kelarasan Maek ( Kenagarian Maek ) dan Kelarasan Suliki ( Nagari Kurai,Suliki, Tanjung Bungo,Sungai Rimbang,dan Limbanang)
Kepala Pemerintahan di Suliki sebagai berikut : Kontroler bernama C.Schultz/AJH Hamerster, Jaksa:Rasad Dt.Gunuang Ameh, Ajung Jaksa:Mulana Sutan Mahyudin dan Penghulu Candu Tuanku Mantari. Sedangkan Tuanku Larehnya adalah: Suliki Tipak Dt Nan Angek, Koto Laweh Arab Rajo Mangkuto dan Mahek Raman Dt. Hijau
Setelah perubahan adminsitrasi pemerintahan Sumatera Barat. Kelarasan dihapus pada bulan Nopember 1914 maka Kelarasan Mahek dan Koto Laweh beserta Kelarasan Suliki menjadi satu Onderafdeling dari Afdeling Limapuluh Kota yang diberi nama Afdeling Suliki dengan 3 distrik:Suliki Maek, Koto Laweh, dan Guguak dengan dipimpin oleh Demang Arab Rajo Mangkuto.
ZAMAN KEMERDEKAAN
Pada awal Kemerdekaan nagari yang ada di Kecamatan Bukik Barisan ini merupakan Bagian dari Kecamatan Suliki Gunung Mas. Karena luasnya wilayah Kecamatan Suliki maka pada tahun 1985 dibentuklah kecamatan perwakilan Suliki di Gunung Mas dan Kecamatan Perwakilan Suliki di Bukek Bulek.
Kecamatan Perwakilan Suliki di Bukek Bulek berdasarkan Perda No.14 Tahun 2001 tangal 29 Oktober tentang Penataan Wilayah Kecamatan di rubah namanya menjadi Kecamatan Bukik Barisan dengan nagari Maek,Banja Laweh, Koto Tangah, Sungai Naniang, dan Baruah Gunuang dimana sebelumnya nagari Sungai Naniang dan Baruah Gunuang merupakan bagian dari Kecamatan Gunung Mas.
Nama Camat sejak Kecamatan Perwakilan Suliki di Bukik Bulek adalah : Khairul. BA , Mudahar. BA, Adison.BA, Drs.Suherman, Arwital.BA dan Camat Bukik Barisan Pertama Yasir.M,BA (22 Januari 2002-2005), Herman Azmar ,AP,MSi (2005- 2007), Yan Agusra S.Sos .MSi (2007-2008), Syamsir Djusan.SH (Jan 2009- Juli 2010), Drs.Yasrizal (Juli 2010-Des 2010), EdiZen,S.Sos,M.Si (Jan 2011-sekarang)
AGAMA
Untuk menunjang kehidupan beragama di Kecamatan Bukik Barisan terdapat fasilitas tempat ibadah berupa Masjid (41 buah), Mushala (14 buah), dan Langgar (19 buah). Masyarakatnya 100 % memeluk agama Islam. Jumlah ulama 11 orang, mubalig 45 orang, penyuluh agama 14 orang dan khatib 40 orang.

Potensi Kecamatan Bukit Barisan

AIR TERJUN SARASAH BARASOK, RANDAI, SALUANG, TALEMPONG, PENCAK SILAT, SELAWAT DULANG DAN TARI PIRING

Kependudukan
Jumlah penduduk adalah 22.070 jiwa yang terdiri dari laki-laki 10.751 jiwa, dan perempuan 11.319 jiwa, dengan sex rasio 94,98 %, dengan tingkat kepadatan penduduk 75 jiwa/Km2.Sumber mata pencarian yang utama penduduk adalah sebagai petani baik petani, sawah maupun perkebunan dengan persentase 90 % dari usia produktif dan lainnya sebagai pedagang, PNS, dan jasa/buruh
Pendidikan
Sarana pendidikan di Kecamatan Bukik Barisan yang telah tersedia baru pada tingkat pendidikan TK sampai SLTP. Sarana pendidikan TK berjumlah 17 (tujuh belas) unit. Sarana pendidikan SD tersebar disemua nagari berjumlah 31(tiga puluh satu) unit. Untuk tingkat pendidikan SLTP berjumlah 3 (tiga) unit.
Kesehatan
Dibidang kesehatan, fasilitas dan sarana kesehatan di Kecamatan Bukik Barisan juga masih sangat terbatas. Untuk melayani 5 Nagari yang ada hanya terdapat 3 unit Puskesmas , 5 unit Puskesmas Pembantu (Pustu) , Polindes 18 unit dan Posyandu 46 unit. Adapun tenaga medis yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari 4 orang dokter, perawat 16 orang, 18 orang bidan.
Pertanian dan Perkebunan
Di Bidang Pertanian , Kecamatan Bukik Barisan mempunyai potensi yang dapat diandalkan dalam peningkatan ekonomi masyarakat, dari total luas sawah 1.611 Ha yang diperkirakan luas panen 3.877Ha dengan kisaran produksinya 16.245 ton GKG setiap tahun, tanaman lainnya adalah Ubi kayu dan jagung dengan produksi pertahun 504 ton dan 146 ton. Luas pertanaman perkebunan utama adalah gambir 2.635 ha , kopi 186 ha, coklat 194 ha dan kelapa 123 ha
Peternakan dan Perikanan
Sapi merupakan hewan ternak besar yang paling banyak terdapat di Kecamatan Bukik Barisan. Populasi Sapi adalah 3.871 ekor ternak Kerbau 1.800 ekor , Kambing 1.402 ekor .
Selain itu, jenis unggas yang paling banyak terdapat adalah Ayam Buras dengan populasi mencapai 37.500 ekor dan Itik 5.045 ekor dan Ayam petelur 800 ekor.
Sementara luas Kolam adalah 53,38 ha dengan produksi 71,16 ton/tahun, luas penangkapan ikan diperairan umum dengan luas 35 ha dengan produksi 3,38 ton/tahun.
Pertambangan
Di bidang Pertambangan galian C dari Jenis batuan Andesit terdapat di Jambak Banja Loweh. Lokasi bahan galian terletek dipinggir jalan raya Banja Loweh menuju Koto Tangah dekat perkampungan tersebar antara Bukit Bulek, Apik sampai ke Bukit Andiang.Mutu bahan galian cukup baik untuk bahan bangunan seperti untuk pondasi, jalan raya, jembatan dan lain-lainnya.
Pariwisata
Situs Kebudayaan terdapat di Nagari Maek berupa Menhir berbentuk Batu Bulat, Batu Ampah, Batu Gadang dan Piriangan Tuo. Di Nagari Koto Tangah terdapat situs kebudayaan dalam bentuk Batu Mejan, Batu Palo Darek,Batu mejan tingi dan Batu Niniak nan Batigo.
Situs Kebudayan di Nagari Sungai Naniang adalah berupa Batu Mejan yang kabArnya di pakai untuk berkurban menjelang bulan Ramadhan. Objek pariwisata yang dapat dikembangkan di Kecamatan Bukik Barisan adalah :Di Nagari Maek adalah Menhir,dan Bukit Pasuak . Nagari Banja Laweh adalah danau mini Padang Langgang, Talago Sari serta Puncak Kasiah. Nagari Koto Tangah mempunyai Air Terjun Sarasah Barasok. Permaianan dan Kesenian anak nagari yang berkembang seperti : Randai, Saluang, Talempong, Pencak Silat, Selawat Dulang dan Rebana serta Tari Piring yang tersebar pada setiap Nagari
Pasar
Untuk menjual hasil bumi serta membeli keperluan rumah tangga di Nagari Mahek terdapat sebuah pasar yang berada di tengah-tengah nagari maek dengan nama pasar Ronah Maek yang hari pasarnya Senin dan Kamis. Di Nagari Koto Tangah juga mempunyai sebuah Pasar yang dikunjungi masyarakat setiap hari Jumat.Nagari Banja Laweh juga mempunyai pasar yang berada di Gantiang yang hari pasarnya Kamis. Nagari Sungai Naniang juga memiliki pasar yang diberi nama Pakan Akat.Sedangkan Nagari Baruah Gunuang juga memiliki sebuah pasar yang diberi nama Pakan Rabaa Baruah Gunuang. - http://www.limapuluhkotakab.go.id/kecamatan/2/bukit-barisan.html

 

MELIHAT KONDISI DAERAH DI JALAN PERJUANGAN

MELIHAT KONDISI DAERAH DI JALAN PERJUANGAN
Jorong Sikabu-Kabu, Nagari Sikabu-Kabu Tanjuang Haro Padang Panjang, Kecamatan Luak, Limapuluh Kota 
Limapuluhkota - Perjuangan nampakanya belum berakhir sempurna, jika melihat kesejumlah daerah yang dulu menjadi basis, kantong atau daerah-daerah yang memiliki jasa besar untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Sebab  keterbatasan infrastruktur,  masih terlihat di salah satu pemukiman penduduk di atas pucak bukit Talang di Jorong Sikabu-Kabu, Nagari Sikabu-Kabu Tanjuang Haro Padang Panjang, Kecamatan Luak, Limapuluh Kota. Padahal di daerah perbukitan ini dulunya di jadikan para pejuang sebagai tempat pertahanan dari serangan-serangan penjajah.

Sejumlah bocah kecil berseragam Merah-Putih menenteng sepatu, melintasi salah satu ruas jalan tanah berlumpur saat menuju sekolah mereka, pagi itu. Jalan yang sama juga di gunakan oleh para pejuang dulunya untuk menghindari musuh saat memperjuangkan kemerdekaan. Kondisinya sama sekali tidak berbeda antara dulu dengan sekarang. Hanya saja kini tidak ada lagi desingan peluru dan ketakutan akan di berondong tembakan yang membuatnya berbeda. Sementara lumpur jalan yang cukup kental saat musim hujan tetap sama beceknnya. Tentunya masih sangat orisil tanah yang di injak para pejuang untuk merebut kemerdekaan jadi saksi sejarah, di salah satu daerah yang berjarak sekitar 9 kilometer di Selatan pusat Kota Payakumbuh itu. Sebab tanah tersebut belum pernah sekalipun di sentuh pembangunan, sejak zaman pejuang bergerilya guna merebut  kemerdekaan dari Belanda, saat pendudukan Jepang, zaman kemerdekaan, Orde Lama (Orba), Orde Baru dan Era Reformasi. Padahal dari cerita sejumlah warga dan saksi maupun pelaku sejarah, Talang merupakan benteng pertahanan yang cukup kuat dengan letaknya yang strategis. Tidak itu saja, bahkan pada masa perjuangan tersebut daerah yang berada di kaki gunung Sago ini, merupakan jalur aman mobilitas para gerilyawan. Sebab berada dekat dengan kawasan hutan sebagai persembunyian, jika sewaktu-waktu terjadi serangan mendadak dari tentara musuh. Bahkan menurut cerita salah seorang pejuang yang sempat bergabung dengan Fisabillah, Rasidin Datuak Paduko, 84 di Talang terdapat sebuah asrama darurat untuk Tentara Nasional Indonesia. Meski tidak di abdaikan degan monumen sejarah. Namun tempat itu kini telah di bangun sebuah Mushola dengan nama mushola "Pejuang 45". Tempat ini menunjukkan di daerah yang memiliki sekitar 40 kepala keluarga atau dua ratus lebih penduduk itu, menjadi salah satu basis perjuangan. "Di tempat bangunan mushola pejuang 45 itu, dulu adalah sebuah asrama sementara bagi para pejuang kemerdekaan. Saat Belanda masuk ke Payakumbuh, tentara nasional terpaksa mudur ke daerah ini,"ungkap Rasidin Datuak Paduko. Selain lurah Kincia di Situjuah Batua, sejumlah tempat didaerah ini, juga menjadi tempat menyusun strategi perjuangan. Salah satu tokoh pejuang yang masih menjadi bagian cerita sejarah di nagari Sikabu-kabu adalah Kapten Haji Amir. "Haji Amir adalah salah satu pimpinan kami, dia berpangkat Kapten di kesatuan Singa  Harau,"ucap Rasidin sambil  mengingat kembali. Sebagai saksi sejarah perjuangan melawan penjajahan masa itu, di sini juga terdapat sebuah benteng pertahanan semacam parit yang di gali di tanah sebagai pertahanan. Tempat itu, di kenal masyarakat setmpatdengan nama "Lubang Ase". Dari sini, sejenis senjata mesin yang dinamakan Ase yang mampu memuntahkan ratusan peluru dalam hitungan menit itu, di tembakkan. "Ase itu merupakan sejenis senapan mesin yang di letakkan di tanah dengan peluru sebesar jari kelingking orang dewasa. Bila Ase berbunyi biasanya juga membuat ciut nyali tentara Belanda,"ungkap pejuang yang mengaku hanya menerima uang veteran sebesar Rp 48 ribu setiap bulannya itu. Sayangnya tempat itu, tidak di pelihara sebagai saksi sejarah, sehingga mulai menghilang di tumbuhi semak belukar. Dari tempat itulah para pejuang melakukan pertahanan bila tentara musuh mulai memasuki perkampungan penduduk. Desingan peluru dari Ase, juga membuat ciut tentara musuh yang coba memasuki daerah di kaki gunung Sago itu. Warga di nagari Sikabu-kabu masih mendapatkan cerita bahwa penembak yang terkenal hebat menggunakan Ase tersebut, bernama Muat atau yang lebih dikenal dengan Muat Ase. Sayang pejuang ini, di kabarkan juga sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Tidak hanya mereka yang angkat senjata, sejumlah warga di kawasan ini juga memiliki jasa besar terhadap kemerdekaan. Sebab mereka menyediakan makanan  untuk para pejuang atau semacam dapur umum. Sehingga setiap pejuang yang melintas di kawasan ini, bisa mendapatkan makanan untuk terus bertahan hidup dalam perjuangan melawan penjajah. Sayangnya kawasan ini, sangat terlambat di sentuh pembangunan, bahkan masih ada jalan sepanjang 500 meter yang menghubungkanya ke nagari tetangga sama sekali belum di lapisi aspal alias jalan tanah. Pelajar di daerah ini terpaksa harus menenteng sepatu mereka untuk menuju sekolah mereka pada saat musim hujan seperti saat ini. Meski sudah ada sebagian jalan yang sudah  di lapisi aspal sejak beberapa tahun terkahir. Namun belum tuntas, dalam artian masih ada sekitar 1,5 kilometer lagi yang perlu di lapisi aspal hingga bisa jalur ini menghubungkan nagari Sungai Kamuyang dan Nagari Sikabu- kabu Tanjung Haro secara utuh. Soal penerangan jalan masyarakat sudah bisa menikmatinya, sejak tujuh bulan terakhir. Kendati demikian jika di bandingkan dengan lamanya Indonesia merdeka penerangan yang di nikmamati masyarakat cukup terlambat. "Sekarang kita hanya berharap jalan sepanjang 500 meter lagi, agar siswa tidak lagi menenteng sepatu kesekolah saat musim hujan,"harap Hardinaton, 32 salah seorang warga Talang, Jorong Sikabu-kabu. Masih adanya jalan di sepanjang jalan perjuangan di kedua daerah tersebut, di benarkan oleh Sekretaris Nagari Sikabu-Kabu Tanjuang Haro Padang Panjang, Mulyadi. Menurutnya jalan perjuangan seharusnya, sudah lebih baik. Sehingga jasa perjuangan yang dilakukan oleh sejumlah pejuang di daerah itu untuk Indonesia bisa di rasakan hasilnya. "Perjuangan belum berakhir, hanya saja perjuangan kita bagaimana pembangunan di daerah yang ikut dalam upaya perjuangan dapat menjadi perhatian pemerintah secara maksimal,"ungkapnnya. Menurut Mulyadi, terdapat beberapa pejuang di daerah ini, seprti Kapten Haji Amir, Angku Mudo Main, Haji Kutar, Rasidin Datuak Paduko, Rusli dan sejumlah pejuang lainnya.(fi)- http://www.limapuluhkotakab.go.id/berita/277/melihat-kondisi-daerah-di-jalan-perjuangan.html

 

Kecamatan Luak

GEOGRAFIS
Luas Kecamatan mencapai 61,68 Km2 yang berarti 1,84 % dari luas Kabupaten Limapuluh Kota 3.354,30 Km2 yang terdiri dari 4 nagari dengan 34 jorong. Nama nagari dan jorong sebagai berikut :
  1. Nagari terluas adalah Nagari Sungai Kamuyang dengan luas 30,37 Km2 terdiri dari 9 jorong, yaitu :1) Tabing, 2)Tanjung Kaling, 3)Koto Baru Batang Tabik, 4)Anam Kampuang, 5)Delapan Kampuang,6) 12 Kampuang, 7)Rage, 8)Manang Kadok, 9)Subaladuang,
  2. Nagari Tanjung Haro Si Kabu-Kabu dengan luas 13.87 Km2 terdiri dari 6 jorong,yaitu :1) Sikabu-kabu, 2)Lakuak Dama,3) Bukik Kanduang,4)Tajuang Haro Utara, 5)Tajuang Haro Selatan,6) Padang Panjang.,
  3. Nagari Mungo dengan luas 11,04 Km2 terdiri dari 11 jorong,yaitu :1) Indobaleh Barat, 2) Indobaleh Timur, 3) Pincuran Tingi, 4) Koto Bakuruang, 5)Batu Labi, 6) Talaweh, 7) Bukik Gombak Sintuak, 8) Tanjuang Tangah, 9)Balai Gadang Ateh, 10) Balai Gadang Bawah, 11) Kayu Bajajar Padang Laweh.,
  4. Nagari Andaleh dengan luas 6,4 Km2 terdiri dari 8 jorong, yaitu :1) Kapalo Koto, 2)Tarok, 3) Tabek Buruak, 4)Kampuang Tangah, 5)Pincuran Gadang, 6) Galo Gandang, 7)Tanjuang Baruah, 8)Baliak Bukik .
Batas Kecamatan Luak adalah sebagai berikut: Sebelah Utara dengan Kecamatan Harau, Selatan Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Timur Kecamatan Lareh Sago Halaban dan Barat dengan Kota Payakumbuh. Ibu Kecamatan Pakan Sabtu.
TOPOGRAFI
Topografi Kecamatan Luak adalah bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian dari permukaan laut (dpl) terendah di sekitar Batang Sinamar Nagari Mungo ( 510 m) dan tertinggi di Gunung Sago Nagari Sungai Kamuyang (2.076 m). Di Nagari Sungai Kamuyang mempunyai Bukit Kaciak dan Bukit Gadang, Nagari Andaleh mempunyai Bukit Panjang,Kaciak dan Gadang, Nagari Mungo mempunyai Bukit Pencerminan, Nyamuk, Panjang dan Sigalung, serta di Nagari Tanjung Haro Si Kabu-kabu mempunyai Bukit Sikaladi, Alang Laut,Talang, Kanduang dan Sibabua.
Kecamatan ini mempunyai Batang Sinamar yang merupakan batas nagari dengan Kecamatan Harau , dan anak sungai yang ada di Kenagarian Tanjung Haro Sikabu-kabu yaitu B. Buang,B. Baih,B. Pulai, dan B. Pinago di Kenagarian Sungai Kamuyang yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk sumber irigasi sawah dan untuk kolam.
SEJARAH MENURUT TAMBO
Dalam Tambo Luhak Limopuluah yang disebut nan barih balabeh Luhak adalah antara Mungo Mudiak sampai ke Limbukan Hilia. Yang menjadi Raja di Luhak adalah Dt. Marajo Indo Nan Mamangun berkedudukan di Aie Tabik .
Disamping itu di Luhak terdapat orang berlima badunsanak, pada adat pusakanya untuk menggengam barih balabeh menjadi Sangsoko adat, yaitu :
  1. Dt. Rajo Malingkan sebagai tampuak tangkai adat di Mungo, kebesarannya di Mungo dan Koto Kaciak,yang beranak ke Subaliak Aie.
  2. Dt. Panghulu Basa sebagai pusat jala pumpunan ikan di Andaleh, kebesarannya di Andaleh dan Tanjung Kubu, yang beranak ke Banda Tunggang.
  3. Dt. Rajo Malano sebagai orang tunggal memegang adat di Sei Kamuyang, kebesarannya dari Sawah Tangah Mudiak sampai ke Kaki Gunung Sago Hilir yang bernama “ Talua tasapik di batu, kalau manateh jadi hantu, tidak manateh jadi batu “.
  4. Dt. Paduko Sinaro sebagai tangkai sepanjang adat di Aua Kuniang, kebesarannya di Aue Kuniang dan Tanjuang Patai, beranak Ke Gadih Anggik.
  5. Dt. Paduko Alam sebagai tumpuan sepanjang adat di Limbukan, dengan kebesarannya di Limbukan, Padang Karambie dan baranak ke Limau Kapeh.
Kelima tersebut di atas dikenal dengan sebutan anak jajatan, apabila diadakan keramaian atau musyawarah akan hadir seluruhnya di Balai Jariang di Aia Tabik. Dalam barih balabeh Luhak Limapuluah disebutkan bahwa Luhak mempunyai “pintu nan tujuah” atau “ tabantang jalan nan tujuah “ yang artinya mempunyai penghulu sebanyak tujuh orang yang berjabatan sepanjang adat di Balai Jariang,yaitu : 1) Dt. Damuanso, 2) Dt. Gindo Malano, 3) Dt. Rajo Mangkudun,4) Dt. Bandaro Sati, 5) Dt. Majo Indo nan Mamangun, 6)Dt. Paduko Majolelo, 7)Dt. Marajo Nan Rambayan.
Adapun DT. Rajo Malano adalah orang Aie Tabik nan babako kalimo suku, yang kebesarannya sebagai “ timbangan adat “ di Balai Jariang. Sementara orang lima suku tersebut adalah : Dt. Domuanso, “ gandang parang “ kebesarannya.Dt. Marajo nan Rambayan “di pangka titih” pegangannya, Dt. Bagindo Malano “ arak iriang “ pegangannya,Dt. Majo Indo nan Mamangun “aguang panguek, talempong kato”kebesarannya,Dt. Rajo Mangkudun “ Kitabullah “ pegangannya.
Di samping itu ada dua lagi yang berfungsi sepanjang adat di Balai Jariang, yaitu : 1) Dt. Paduko Majolelo,” banamo rumah nan gadang” yang funsinya untuk menyambut tamu dari basa ampek balai. 2)Dt. Bandaro Sati”manimbang hutang pusako” kepada orang tiga balai.
Yang disebut orang tiga balai adalah : Dt. Marajo Cek Indo, DT. Bandaro Sati, Dt. Gindo Malano. Balai Jariang mempunyai anak balai,yaitu : Balai Janggo, Balai Tangah, Balai Jirak, Balai Bodi, Balai Indo Dunie. Balai Indo Dunie diperoleh karena diminta. Jika ada penobatan di Balai Jariang penghulunya dari Balai Batimah, dubalangnya dari Balai Gadang.
ZAMAN BELANDA
Zaman Belanda Ulayat Luhak merupakan 2 Kelarasan dari 13 Kelarasan yang ada di Payakumbuh.Pertama Kelarasan Limbukan ( Nagari Limbukan, Aie Tabik, Sungai Kamuyang, Tanjung Haro Sikabu-kabu ) dengan Tuanku Larehnya berturut-turut adalah 1) Raja Batenang Dt. Paduko Alam, 2)Abdul Rahman Dt. Tumanggung nan Hitam ,dan terakhir 3) Raja Pamenen Dt. Paduko Alam.
Kedua Kelarasan Payo Basuang ( Nagari Payo Basuang, Tiakar, Andaleh, dan Mungo ) dengan Tuanku Larehnya adalah 1) Dt. Muncak, 2) Dt. Rangkayo Basa nan Kuniang, dan 3) Lutan Dt. Mulia Nan Kuniang.
Setelah Kelarasan dihapus pada bulan Nopember 1914, maka Luhak dijadikan Distrik dari Onderafdeling Payakumbuh, Afdeling Limopuluh Koto. Distrik Luhak demangnya Nabi Ulah Dt. Bandaro ( asal Lareh Mungka Terakhir ) terbagi tiga Onderditrik ,yaitu :1)Onderdistrik Luhak, 2) Onderdistrik Halaban, 3) Onderdistrik Tanjung Pati. Wilayah Onderdistrik Luhak berasal dari Kelarasan Limbukan, Payo Basuang dan Situjuah.
ZAMAN KEMERDEKAAN
Kecamatan Luhak lahir setelah adanya Agresi Belanda II , yakni Tahun 1949 dengan 17 Nagari. Berdasarkan Perda No.14 Tahun 2001, tanggal 29 Oktober tentang Penataan Wilayah Kecamatan dalam Kabupaten Limapuluh Kota Kecamatan Luak merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Luhak (Luak, Lareh Sago Halaban, Situjuh Limo Nagari ) yang merupakan implikasi dari pasal 66 ayat 6 dari UU No 22 Tahun 1999 ,bahwa pembentukan Kecamatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Peresmian Kecamatan Luhak menjadi Kecamatan Luak ini pada tanggal 26 Januari 2002 dengan camatnya Drs. M.Yunis Nama-nama Camat sejak Kecamatan Luhak diantaranya adalah : Mustafa Kamal, Bukhari Idris, A. Masri BA, Drs Erdi Ardin (80-82),Drs. Azhar Nur ( 82-82),Drs.Ismardi Ismail (82-88), Drs.Syahruddin (88-89),Drs Yurial (1990-1992), Khairul,BA, Drs. Syafrul (93-93), Drs, Syafrial Nazar (1994-1996), Drs. M.Yunis (1996-2002), Kecamatan Luak Drs. M.Yunis dan Yasni Karimi. BA (Agus 2002- 2004).Drs. Syahrial (2004-2007), Hendri Yoni. S.Sos (April-Juli 2007), Arwitas, BA (Juli 2007-Jan 2009 ), Harmen SH (Jan 2009- Desember 2010), sekarang ), Deki Yusman,S,STP (Januari 2011-sekarang)
AGAMA
Untuk menunjang kehidupan beragama di Kecamatan Luak terdapat fasilitas tempat ibadah berupa Masjid (26 buah), Mushala (31 buah). Masyarakat yang memeluk agama Islam 26.000 orang, dan Kristen Protestan 5 orang. Jumlah ulama 13 orang, mubalig 39 orang, penyuluh agama 11 orang dan khatib 26 orang.

Potensi Kecamatan Luak

TEMPAT PEMANDIAN BATANG TABIK

Kependudukan
Jumlah Penduduk di Kecamatan Luak berjumlah 23.628 jiwa dengan jumlah Laki-laki 11.597 jiwa, dan perempuan 12.031 jiwa, sex rasio 96,39 % dengan tingkat kepadatan penduduk 383 jiwa /Km2. Sumber mata pencaharian penduduk adalah petani dengan persentase 90 %, pedagang 7 % dan lainnya 3 % dari jumlah penduduk yang usianya produktif.
Pendidikan
Sarana pendidikan di Kecamatan Luak yang telah tersedia sejak tingkat pendidikan TK sampai SLTA. Sarana pendidikan TK berjumlah 9 (sembilan) unit. Sarana pendidikan SD tersebar disemua nagari berjumlah 23 (dua puluh tiga) unit. Untuk tingkat pendidikan SLTP Negeri/swasta 2 (dua) unit. Dan untuk tingkat pendidikan SLTA/SMK berjumlah 1 (satu) unit.
Kesehatan
Dibidang kesehatan, fasilitas dan sarana kesehatan di Kecamatan Luak masih memadai. Untuk melayani 4 Nagari terdapat 1 unit Puskesmas , 5 unit Puskesmas Pembantu (Pustu) , Polindes 9 unit dan Posyandu 36 unit. Adapun tenaga medis yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari 2 orang dokter umum, 1 orang doktergigi, perawat umum 4 orang, perawat gigi 1 orang, dan 13 orang bidan.
Pertanian dan Perkebunan
Di bidang Pertanian dengan luas Sawah 1.592 Ha, luas panen 2.654 Ha/tahun dengan produksi 13.482,32 ton,lahan keringnya berpotensi untuk dikembangkan palawija seperti Jagung, Kacang Tanah, dan Ubi Jalar.Diperbukitan pada Kenagarian Sungai Kamuyang, Tanjung Haro Sikabu-Kabu dan Mungo merupakan lahan yang sangat cocok untuk pembudidayaan tanaman Kopi, Kulit Manis dan Pisang.
Peternakan dan Perikanan
Kecamatan Luak yang wilayahnya berada di Kaki Gunung Sago, penduduknya memperoleh mata pencarian dari ternak besar ( Sapi dan Kerbau ) dan ternak kecil (Kambing) serta ternak Unggas. Kecamatan ini merupakan sentra pengembangan ternak besar ( Sapi) dari Kabupaten Lima Puluh Kota. Kelompok Peternakan Sapi banyak terdapat di Kenagarian Mungo, Sungai Kamuyang dan Tanjung Haro Sikabu-kabu.
Sementara Kecamatan ini juga dikenal dengan pembibitan dan pemeliharaan ternak ikan yang berada di Kenagarian Mungo dan Andaleh, dengan jenis ikan Gurami, Nila dan ikan mas. Dari beberapa kolam milik masyarakat dijadikan untuk tempat rekreaki dengan membuat “Kolam Pancing “.
Sapi merupakan hewan ternak besar yang paling banyak terdapat di Kecamatan Luak. dengan populasi ternak Sapi adalah 16.393 ekor, Kerbau 1.644 ekor, Kambing 1.113 ekor .Selain itu, jenis unggas yang paling banyak terdapat adalah Ayam petelur 186.000 ekor, Ayam Pedaging 21.000 ekor, Ayam Buras 5.557 ekor dan Itik 8.100 ekor. Sementara luas Kolam adalah 124,10 ha dengan produksi 1.679,45 ton/tahun, Luas Budidaya Ikan di Sawah 1.145 Ha dengan produksi 46,82 ton/tahun , luas penangkapan ikan diperairan umum dengan luas 26 ha dengan produksi 2,49 ton/tahun.
Industri Rumah Tangga
Di Kenagarian Andaleh hampir disetiap rumah dengan skala usaha keluarga didapatkan kerajinan “rotan “ dan “ Keramik Gerabah” yang bahan bakunya didapatkan dari luar Kabupaten Limapuluh Kota yang dipasarkan ke Bukit Tinggi, Padang dan Pekan Baru. Kerajinan di Kenagarian Mungo dikenal dengan usaha “ songkok” dan “ Katidiang Rotan “ yang dipasarkan ke Payakumbuh.
Pariwisata
Tempat rekreasi terdapat di Kenagarian Sungai Kamuyang yaitu “Tempat Pemandian Batang Tabik“ yang telah dilengkapi fasilitas mushalla, tempat penyimpanan pakaian dan wc. Situs Kebudayaan hanya terdapat di Kenagarian Mungo yaitu “ batu tagak” yang terletak di Balai Gadang.
Pasar
Untuk memasarkan hasil pertanian dan membeli keperluan rumah tangga terdapat Pasar Kecamatan dikenal dengan Pakan Sabtu yang berada pada batas kenagarian Mungo dan Andaleh, dan pakan Sanggul di Nagari Tanjung Haro Sikabu-Kabu - http://www.limapuluhkotakab.go.id/kecamatan/8/luak.html

 

Eloknya Lembah Harau Keindahan Yang Mempesona Dikolong Langit

Oleh: Jamie Wilson
Banyak kumpulan tumpukan batu-batu granit menjulang tinggi hingga ratusan meter. Pemandangan yang elok di kawasan Lembah Harau, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat, akan membuat para wisatawan ter-kagum-kagum. Tumpukan batu-batu granit dengan dinding alami ini menampilkan kesan eksotik yang susah dijumpai di belahan bumi mana pun. Batu granit selain menghiasi, hamparan padi yang menguning dan sungai-sungai jernih mengalir dari air terjun di Lembah Harau memberikan suasana damai dan menenangkan.
Lembah Harau yang berjarak ratuan kilometer dari kota Padang dapat ditempuh lewat jalur darat dengan lama perjalanan sekitar 3,5 jam. Sedangkan dari Bukittinggi, kita dapat mencapai Lembah Harau dalam tempo satu jam. Lokasinya yang tidak begitu jauh dari pasar tradisional Sari Lamak dan Kantor Bupati, tidak akan menyulitkan pelancong dan sejumlah pemanjat tebing dari berbagai belahan dunia untuk menaklukan jelajah alam Lembah Harau. Bahkan buat menguji adrenalin, para pemanjat tampak begitu menikmati ketinggian dinding terjal Harau yang berkisar antara 80 meter hingga 300 meter.
Pada dinding ini tingkat kesulitan yang diketemukan cukup menjanjikan, mulai dari hanger (dinding dengan kemiringan 45 derajat hingga lebih) hingga lintasan atap (roof). Yang membuat kagum, dinding ini tidak hanya satu. akan tetapi terhampar di kawasan seluas puluhan hektare. Bahkan, cagar alam dan suaka margasatwa Lembah Harau seluas 270,5 hektare juga dapat dijadikan sebagai tempat bertualang. Sejumlah tempat peristirahatan yang terkesan natural akan melayani kepenatan Anda setelah puas melihat-lihat fenomena alam ini.
Terdapat tiga air terjun besar yang ditampung satu kolam alami. Kolam ini dapat dibilang cukup luas dan bisa menampung puluhan orang untuk bermain air. Sejumlah kolam renang, taman bermain, penginapan, hingga restoran akan memudahkan Anda saat berada jauh disini. Cukup membayar Rp10 ribu, Anda dapat masuk ke lokasi wisata alam ini dengan mengendarai mobil. Pastinya, harga tersebut di luar biaya parkir di lokasi areal wisata cagar alam ini.
Sejauh mata memandang, jajaran bukit barisan terhampar saling berkejaran  membentuk garis melingkar yang tidak terputus. Suasana ini semakin teduh dengan kesibukan bertani masyarakat setempat memberi kesan pedesaan. Bahkan, anda akan menjumpai sebuah prasasti peninggalan Belanda di lokasi wisata Lembah Harau, tepatnya di kaki air terjun yang akrab disebut masyarakat setempat sebagai Sarasah Bonta. Prasasti ini menyatakan bahwa Lembah Harau telah dikunjungi para penjajah Belanda sejak tahun 1926. Prasasti ini ditandatangani Asisten Residen Belanda untuk Limapuluh Kota F Rinner serta dua wakil dari Indonesia yakni Datuk Kuning Nan Hitam dan Datuk Kodoh Nan Hitam.
Di cagar alam yang berada di dataran tinggi Lembah Harau, beraneka spesies tumbuhan hujan tropis dan binatang asli Sumatera mampu menimbulkan rasa ingin tahu Anda. Sejumlah binatang asli Sumatera seperti monyet ekor panjang menjadi teman bagi wisatawan. Tak salah tentunya orang tua-tua berkata, kurang lengkap perjalanan Anda ke Sumatera Barat bila belum mendatangi Lembah Harau. Seperti cerita dongeng saja, semua keindahan Lembah Harau terpampang nyata di depan mata Anda. - http://www.limapuluhkotakab.go.id/artikel/1/eloknya-lembah-harau-keindahan-yang-mempesona-dikolong-langit.html
 

Menhir Maek

Oleh: Rudrik Syaputra
Kenagarian Maek (Mahat) terletak di Kecamatan Suliki Gunung Mas, 165 Km dari Padang, 45 Km di utara Payakumbuh. Disini terdapat ditus menhir terbesar di Indonesia. Di situs Koto Tinggi dan Bawah Parik, berbanjar di padang terbuka,satu arah ke tenggara (kearah Gunung Sago di Kecamatan Luhak), masing-masing terdapat lebih 300 batu tagak (menhir). Merupakan peninggalan budaya megalit Minangkabau sejak masa Neolithicum (Zaman Batu Baru), sekitar lebih 2.500 tahun berlalu.
Di Koto Tinggi, batu tagak itu terletak di padang terbuka di puncak sebuah bukit. Sekeliling perbukitan melingkung penuh, diatasnya cakrawala terbuka dengan langit penuh memayungi. Dari pasar Maek, pemandangan spektakuler padang menhir itu sudah dapat dilihat. Diterpa cahaya mentari sore, batu-batu purba itu terlihat berkilat-kilat.
Selain batu tagak, di desa Koto Gadang dan Ampang Gadang juga terdapat bekas balai-balai batu (batur pemujaan)
Talempong Batu Talang
Dapat ditemui di Kenagarian Talang Anau, kecamatan Gunung Mas, merupakan jenis batu dolmen yang juga peninggalan tradisi megalit. Terdiri dari sekelompok batu yang bila dipikul dapat mengeluarkan irama seperti nada talempong (alat kesenian tradisional Minangkabau).
:: Kecamatan Suliki | Sejarah dan Potensi ::
GEOGRAFIS
Kecamatan Suliki merupakan salah satu Kecamatan dari 13 Kecamatan di Kabupaten Limapuluh Kota yang terletak di antara 0 derjat 08” Lintang Utara dan 100 derjat 39’03” Lintang Selatan, dengan luas wilayah 136,94 Km2 yang berarti 4,08 % dari luas daratan Kabupaten Limapuluh Kota yang luasnya adalah 3.354,30 Km2 dengan 6 nagari dan 32 jorong.Rincian luas nagari dari terluas adalah :
  1. Nagari Suliki 52 Km2 dengan 5 jorong,yaitu:1)Limbanang Baruah,2)Ekor Parit, 3)Saut, 4)Penago, 5)Kampuang Dalam 
  2. Nagari Tanjung Bungo 29,46 Km2 dengan 4 jorong,yaitu: 1)Lancaran, 2)Kubu Tangah, 3)Karek Hilir 4)Batu Linjuang
  3. Nagari Sungai Rimbang 20 Km2 dengan 8 jorong,yaitu ; 1) Sialang, 2) Batu Bauk, 3)Damar Tinggi, 4) Tanah Tingkah, 5)Ateh Koto,6)Lombah, 7)Tanah Longiah, 8)Asam Panjang
  4. Nagari Kurai 20 Km2 dengan 3 jorong,yaitu :1) Kurai, 2) Botuang, 3) Mudiak Liki
  5. Nagari Limbanang 8,20 Km2 dengan 5 jorong,yaitu: 1)Limbanang Baruah,2)Ekor Parit, 3)Saut, 4)Penago, 5)Kampuang Dalam
  6. Nagari Andiang 7,20 Km2 dengan 4 jorong,yaitu :1)Siboka, 2)Padang Bunga, 3)Simpang Limo, 4)Kampung Baru
Batas-batas Kecamatan sebagai berikut: Sebelah Utara Kecamatan Bukik Barisan , Selatan Kecamatan Guguak dan Tilatang Kamang (Agam), Timur Kecamatan Guguak, dan Kecamatan Bukik Barisan .Dan sebelah Barat KecamatanTilatang Kamang (Agam). Ibu Kecamatannya adalah Suliki.
TOPOGRAGI
Topografi Kecamatan suliki berbukit dan bergelombang dengan tinggi tempat terendah di atas permukaan laut (dpl) berada Limbanang (548 m dpl) dan tertinggi adalah Bukit Pintu Angin ( Bukit perbatasan dengan Kecamatan Tilatang Kamang, Agam) Kenagarian Kurai (1664 m dpl) Kecamatan Suliki daratannya dialiri oleh Batang Sinamar dengan anak sungai/bandar airnya adalah sebagai berikut : B. Suliki, B. Panjang, B. Liki, B. Gosan, B. Sipinang,B.Limpali, B.Pandam ,B. Saut,B. Lurah Pak Kacang,B. Lubuk Tajam, B. Titian Batu, B. Tingi, B.Lereng, B. Kerak Hilir, B. Lancaran yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber pengairan, perikanan , keramba dan pengambilan bahan galian C (sirtukil)
SEJARAH MENURUT TAMBO
Dalam Tambo disebutkan bahwa wilayah Kecamatan Suliki merupakan bagian dari wilayah Kampar Kanan. Disebutkan bahwa kampar kanan terbagi atas wilayah: 1. Di Hulu “Tungku nan Tigo “ (Limbanang,Koto Laweh,Koto Tangah,Koto Tinggi, Sungai Dadok, Sungai Naniang ) dan Mahek sebagai pematang Ranah Koto Kampar 2. Di Ulak ” Koto Nan Anam” ( Pangkalan, Koto Alam, Manggilang, Gunung Malintang, Tanjung Balit, dan Tanjung Pauh) 3. Di Tangah “Kapua nan IX” (Tanjung, Muara Takus, Pongkai,Koto Lamo, Koto Bangun, Sialang, Durian Tinggi, Kapua dan Lubuak Alai) Adapun Kampar Kanan berninik nan berempat, yaitu : Dt. Bandaro di Mahek, Dt. Majo Indo di Koto Laweh, Dt. Siri di Mungka ,Dt. Rajo Di Balai di Muaro Takus. Apabila terjadi perkara di V Koto Kampar Bangkinang pertama dilaksanakan rapat di Balai Tanah, apabila tidak selesai dilaksanakan di Pasir Merabau, dan apabila tidak kunjung juga selesai maka baru dibawa pada ninik nan berempat oleh Dt. Sibijayo dari Pangkalan Koto Baru, dan di bawa pula ke pada Dt, Tan Aduh di Koto Laweh, terus ke Dt. Siri di Mungka dan akhirnya sampai ke Balai Gadang Payakumbuh.
ZAMAN BELANDA Dizaman Belanda Kecamatan Suliki bernama Kecamatan Puar Datar dan Mahek , Kabupaten Limapuluh Kota dengan ibu Kecamatannya Suliki, yang terdiri dari Tiga Kelarasan yakni : Kelarasan Suliki, Koto Laweh, dan Mahek dengan kepala pemerintahan sebagai berikut : Kontroler bernama C.Schultz/AJH Hamerster,Jaksa bernama Rasad Dt. Gunuang Ameh, Ajung Jaksa adalah Mulana Sutan Mahyudin dan Penghulu bernama Candu Tuanku Mantari. Sedangkan nama Tuanku Larehnya adalah sebagai berikut : Lareh Suliki Tipak Dt. Nan Angek, Lareh Koto Laweh Arab Rajo Mangkuto dan Kelarasan Mahek Raman Dt. Hijau Setelah perubahan administrasi pemerintahan Sumatera Barat, Kelarasan dihapus pada bulan Nopember 1914, maka Suliki merupakan salah satu Onderafdeling dari Afdeling Limapuluh Kota
Afdeling Limapuluh Kota mempunyai 4 Onderafdeling yaitu : Onderafdeling Payakumbuh, Suliki, Pangkalan Koto Baru dan Bangkinang). Onderafdeling Suliki terbagi 3 distrik,yaitu distrik Suliki (Kelarasan Suliki dan Mahek),distrik Koto Laweh dan distrik Guguk ( Kelarasan Guguk dan Mungka) yang dipimpin oleh Demang Arab Rajo Mangkuto . Distrik Suliki dan Koto Laweh langsung dibawah demang Suliki sedangkan distrik Guguk dipimpin oleh asisten Demang Said Dt. Cumano di Dangung-dangung.
ZAMAN KEMERDEKAAN
Pada awal kemerdekaan Suliki dipimpin oleh demang Arisun yang diangkat oleh Residen Ke II Sumatera Barat Rusad Dt. Perpatiah Nan Baringek pada tanggal 23 Januari 1946 . Dengan adanya peristiwa Agresi Belanda II tahun1948-1949 maka Kecamatan Suliki di Bagi dua , yaitu Gunung Mas dengan Camat Meliternya H. Abdul Aziz dan Suliki Dt. Rajo Malano Setelah Agresi Belanda II ,berdasarkan instruksi Gubernur Meliter Sumatera Tengah No.10/GM/ST/49 tanggal 9 Nopember 1949 maka Gunung Mas dan Suliki diberinama Kecamatan Suliki Gunung Mas. Sehubungan luasnya wilayah Kecamatan Suliki Gunung Mas maka pada Tahun 1985 dibuat Perwakilan Kecamatan Suliki Gunung Mas di Koto Tinggi dan setahun kemudian dibuat pula Perwakilan Kecamatan Suliki Gunung Mas di Bukik Bulek.
Kemudian berdasarkan Perda No 14 Tahun 2001 tanggal 29 Oktober maka kembali dengan nama Kecamatan Suliki dengan camat-camatnya sejak tahun 1950 sebagai berikut : A. Dt. Rajo Malano, Aziz Rasyid, Johan Syafril, RB. Dt.Rajo Penghulu nan Kuniang, A. Dt. Rajo Malano, Hardi Zen .BA, Syafii Bakar.BA, Muzahar Abdulah.BA, Yohanes Dahlan.BA, Syafruudin Gindo.BA, Drs. Erman de Guci, Drs, Helmi Eriwadi,Drs. Herminas, Drs. Don Adonis, Drs.Ridwan, Drs. Syafwan Rahmat Bendang dan Iddarussalam.S Sos (Januari 2003- 2004), Yasri Karimi, BA (2004-2005), Arianto, S.Sos (2005-2008),Drs. Syaiful ( Jan 2009- Maret 2010), Muslim (maret 2010-Nopember 2010, Harman,Amd (Nop 2010-sekarang)
AGAMA
Untuk menunjang kehidupan beragama di Kecamatan Suliki terdapat fasilitas tempat ibadah berupa Masjid (21 buah), Mushala (29 buah),dan Langgar (17 buah) . Masyarakatnya 100 % memeluk agama Islam. Jumlah ulama 13 orang, mubalig 43 orang, penyuluh agama 10 orang dan khatib 21 orang
KEPENDUDUKAN
Jumlah Penduduk Kecamatan Suliki adalah 14.194 jiwa yang terdiri dari Laki-laki 6.893 jiwa dan Perempuan 7.301 jiwa dengan sex ratio 94,41 % dan tingkat kepedatan penduduk 104 jiwa/Km2. Dengan jumlah rumah tangga 4.040. Sumber mata pencaharian masyarakat Suliki mayoritas sebagai petani baik sebagai petani sawah/kebun/ternak dan ikan yang mencapai 87 %, pedagang dan jasa 10 %, dan lainya 3 %.
PENDIDIKAN
Sarana pendidikan di Kecamatan Suliki yang telah tersedia sejak tingkat pendidikan TK sampai SLTA. Sarana pendidikan TK berjumlah 12 (dua belas) unit. Sarana pendidikan SD tersebar disemua nagari berjumlah 22 (dua puluh dua) unit dan MIN 1 unit Untuk tingkat pendidikan SLTP Negeri/swasta 2 (dua) unit dan MTs 1 unit. Dan untuk tingkat pendidikan SLTA/SMK berjumlah 1 (satu) unit. MAN/MAS 1 unit. Dan SLB 1 unit.
KESEHATAN
Dibidang kesehatan, fasilitas dan sarana kesehatan di Kecamatan Suliki memadai. Untuk melayani 5 nagari terdapat 1 RSUD, 1 unit Puskesmas , 5 unit Puskesmas Pembantu (Pustu) , Polindes 8 unit dan Posyandu 37 unit. Adapun tenaga medis yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari 10 orang dokter umum, 3 orang dokter gigi, perawat umum 38 orang, perawat gigi 5 orang, dan 11 orang bidan.

Potensi Kecamatan Suliki

TANAMAN PADI SAWAH, TERNAK SAPI, IKAN, BATUAN GRANIT DAN SITUS KEBUDAYAAN

PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Dalam Bidang Pertanian Nagari Sungai Rimbang dengan sumber pengairan yang cukup berpotensi untuk penangkar benih padi sawah, dan memiliki Luas sawah 1.195 Ha dengan luas panen berkisar 3.226 Ha pertahun dengan produksi 15.613,84 ton pertahun tersebar di 5 nagari. Lahan keringnya sangat potensial dikembangkan dengan tanaman jagung dan ubi kayu, jeruk,mangis.cengkeh, coklat, kulit manis dan tembakau.
PETERNAKAN DAN PERIKANAN
Sapi merupakan hewan ternak besar yang paling banyak terdapat di Kecamatan Suliki dengan populasi ternak Sapi adalah 2.634 ekor, Kerbau 1.702 ekor, Kambing 1.025 ekor . Selain itu, jenis unggas yang paling banyak terdapat adalah Ayam petelur 107.500 ekor, Ayam Buras 35.320 ekor dan Itik 10.000 ekor. Sementara luas Kolam adalah 60,51 ha dengan produksi 818,37ton/tahun, Luas Budidaya Ikan di Sawah 598 Ha dengan produksi 83,24 ton/tahun , luas penangkapan ikan diperairan umum dengan luas 116 ha dengan produksi 11,08 ton/tahun.
PERTAMBANGAN
Bidang Pertambangan Kecamatan ini mempunyai bebrapa potensi seperti, batuan Granit ter terdapat di Sungai Rimbang. Granit adalah batuan beku yang bersifat asam dan mempunyai kristal-kristal yang kasar . Secara umun batuan ini dapat digunakan sebagai batu belah untuk bahan bangunan, tetapi apabila ronanya bagus dapat digu-nakan untuk ornamen lantai/dinding. Batuan Kuarsit terdapat di Sialang Nagari Sungai Rimbang yang dapat dimanfaatkan sebagai batu pecah,split dan untuk bahan kontruksi lainnya. Batuan Andesit terdapat di Penago Nagari Limbanang dan di Nagari Kurai. Bahan Galian Sabastone terdapat di Sialang Nagari Sungai Rimbang. Sabastone adalah batuan yang mengandung kuarsa dan feldsfar. Bahan ini biasa dipakai untuk pembuat-an keramik setelah dicampur dengan bahan lain seperti pasir kuarsa dan lempung.Batu Gamping terdapat di Sungai Kambing Nagari Sungai Rimbang dan dipingiran jalan Suliki- Koto Tinggi. Bahan Galian jenis Sirtukil terdapat di sepanjang Batang Sinamar dan anak sungai lainnya .Bahan Tambang Batu permata terdapat di Sungai Rimbang sehingga Nagari Sungai Rimbang dikenal juga dengan pengrajin Batu Aji.
KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Di Nagari Suliki terdapat sebuah artifak yaitu “Balai Batu” tempat bermusyawarah ninik moyang diwaktu pertamakali datang ke daerah Suliki. Di Nagari Limbanang mempunyai situs Kebudayaan ,yaitu “ Batu Sandaran Niniak” di Limbanang dan “ Batu menggigil” di Penago.Permainan anak nagari Kecamatan Suliki mempunyai Pencak Silat,Randai, Talempong,Saluang, Tari Gelombang dan Rebana
PASAR
Untuk memasarkan hasil petanian serta membeli keperluan harian di Kecamatan Suliki mempunyai Pasar di Suliki dan Pasar Serikat di Limbanang yang dibangun pada tahun 1978 dan kemudian dijadikan pasar Inpres. | http://www.limapuluhkotakab.go.id/kecamatan/3/suliki.html |
:: Web STT Payakumbuh ::
http://stt-payakumbuh.ac.id/
BLSM di Parakbatuang tidak Tepat Sasaran
Warga Kubugadang-Nankodok Minta Kantor Lurah
Padang Ekspres • Berita Sosial • Kamis, 18/07/2013 12:55 WIB • Fajar Rillah Vesky • 101 klik
Payakumbuh, Padek—Pe­nya­luran dana Bantuan Lang­sung  Sementara Masyarakat (BLSM) di Kelurahan Parakbatuang, Ke­camatan Payakumbuh Barat di­duga tidak tepat sasaran.  Ini terungkap saat Tim VII  Safari Ramadhan Pemko Payakumbuh dipimpin Ketua Pengadilan Ne­geri Yudissilen, berdialog dengan jamaah Masjid Jami’ Parak­batuang, Selasa (16/7) malam.

Dalam dialog tersebut, Yu­dis­silen yang didampingi Staf Ahli Wali Kota Marta Minanda, Ke­pala Bappeda Rida Ananda,  Kepala BKD Ruslayetti dan Ka­bag Organisasi Herlina, ditanyai jamaah Masjid Jami’ Parak­ba­tuang, soal penyaluran dana BLSM sebagai kompensasi dari kenaikan harga bahan bakar minyak.

Menurut jamaah Masjid Jami’, ada di antara warga Parak­betung yang tidak berhak me­nerima BLSM, tapi memperoleh bantuan senilai Rp150 ribu per­bu­lan yang dibagikan sekali dua bulan tersebut.  Sebaliknya, ada pula warga  yang berhak mem­pe­roleh BLSM, tapi tidak kebagian BLSM. Karenanya, tim didesak untuk menyelesaikan data BLSM yang tak tepat sasaran.

Terkait hal  ini, Tim VII Safari Ramadhan Pemko Payakumbuh, berjanji  segera menyampaikan aspirasi warga  Parakbatuang kepada penanggungjawab atau pengelola BLSM.  Sementara itu, Wali Kota Riza Falepi yang me­mimpin  Tim I Safari Ramadhan ke Masjid Al-Amanah, Kelurahan Kubugadang, Koto Nan Ompek pada Rabu malam, tidak mem­pe­roleh pertanyaan terkait BLSM.

Desak Perbaikan Jalan

Walau demikian, Riza Falepi yang turun bersama Wakil Ketua DPRD Haji Sudirman Rusma, Ketua Komisi C DPRD Zul Amri, Kadisdukcapil Iqbal Ber­ma­wi, Ka­­dis PU Muswendry, Camat Payakumbuh Barat Edvidel Arda, Kabag Humas Jonn Kennedi, Ketua LKAAM Inda Zahur Dt Rajo Simarajo, dan  Ketua KPU Hetta Menbayu, tetap dihujani masyarakat dengan berbagai harapan.

Ketua LPM Kubugadang AR Datuak Asa Dirajo, meminta  pemerintah kota bersama DPRD, agar dapat mengalokasikan ang­garan untuk mengaspal jalan lingkung di  Kubugadang, sebab kondisi jalan lingkung sudah memprihatinkan. Ia juga me­minta pemerintah  mem­ba­ngu­nan TPA/MDA, dan  membantu  korban puting-beliung di Kubugadang yang berasal dari keluarga miskin.

Khusus bantuan korban pu­ting-beliung ini  sangat diha­rap­kan, karena rumah korban  tidak bisa ditempati lagi. Untuk mem­bangunnya kembali, warga sudah bergotong-royong. “Saat ini, rumah sudah berdiri dengan nilai swadaya Rp17,5 juta. Hanya saja, kami LPM masih punya tung­gakan hutang Rp5,5 juta. Kami harap, pemerintah kota mem­bantu,” kata Datuak Asa Dirajo.

Wali Kota Payakumbuh Riza Falepi mengapresiasi kekom­pakan warga dalam meringan korban puting-beliung. Riza juga menugaskan, Badan Kesbang dan Penanggulangan Bencana, agar segera mencarikan solusi untuk LPM Kubugadang. Sedangkan ter­kait persoalan jalan, Riza meminta Kadis PU  Muswendri  turun ke lapangan esok harinya atau Rabu (17/7) siang.

Wakil Ketua DPRD Sudirman mengatakan, Kubugadang sela­ma ini sudah menjadi perhatian serius oleh anggota DPRD Dapil Payakumbuh Barat. Di anta­ranya, jalan menuju puskesmas, drainase yang diminta tahun lalu, sudah direalisir. Karena itu, terhadap permintaan jalan  ling­kungan,  tepatnya  Jalan Seroja dan jalan menuju komplek peru­mahan guru STM di Kubugadang, akan tetap menjadi perhatian pemko ke depan,” kata Sudirman.

Minta Kantor Lurah

Selain meminta perbaikan jalan lingkung, warga Kelurahan Kubugadang meminta pula per­baikan kantor lurah mereka. Permintaan serupa disampaikan masyarakat Kelurahan Nan­ko­dok, Nagari Koto Nan Gadang, saat  tim safari ramadhan yang dipimpin Asisten II Setdako Yoherman, berkunjung ke Masjid Arsyad di kelurahan tersebut, Rabu malam.

Masyarakat Nankodok  me­nilai, kantor lurah mereka,  me­ru­pakan kantor lurah “terjelek” se- Payakumbuh. “Bangunan tersebut bisa dibilang sudah harus dipensiunkan atau di re­no­vasi ulang, rendah dari badan jalan dan juga sempit.” ujar Atrial, warga Nan Kodok yang juga pengurus Masjid Arsyad.

Camat Payakumbuh Barat Novriwandi tidak memungkiri kondisi tersebut. Menurut No­vri­wandi, pembangunan kantor lurah baru untuk kelurahan Nan­kodok,  telah diajukan dalam sidang di DPRD. Bahkan lokasi dan tanah yang akan dipakai, telah diberikan masyarakat se­luas  384 M2. Namun dalam pembangunannya, terkendala wacana penggabungan ke­lu­ra­han.

Di sisi lain, Wali Kota Riza Falepi berharap warga Nan­kodok  maupun Kubugadang bersabar dulu, soal pem­ban­gu­nan kantor lurah. Sampai ram­pungnya kegiatan perampingan kelurahan di Payakumbuh. “Kita mohon, masyarakat sabar dulu. Sampai pengabungan atau p­e­ram­pingan keluarahan  tuntas,” ujarnya.

Sementara, Ketua DPRD Pa­ya­kumbuh Wilman Singkuan yang memimpin kunjungan tim Safari Ramadhan (TSR) Ke­lompok III ke Masjid  Istiqamah Bulakan Balai Kandi pada Selasa (16/7) lalu, diminta warga  me­ningkatkan intensitas memerangi pekat, membangun drainase, dan menambah penerangan lampu jalan. (*)
[ Red/Administrator ] | http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=45831 |