Jumat, 09 Agustus 2013

Haji Piobang, Haji Sumanik dan Haji Miskin

Haji Piobang, Haji Sumanik dan Haji Miskin

Siapa sangka, bahwa orang Minangkabau di tahun 1798 sudah berhasil melumpuhkan tentara Napoleon Bonaparte di Pertemuran Pyramids. Tokoh tersebut adalah yaitu Haji Piobang, Haji Sumanik dan haji Miskin menjadi tentara Turki dibawah Jenderal Muhammad Ali Pasha, sebagai Janissary Cavalry (tentara berkuda) dan Artillery serta Haji Miskin sebagai ahli tempur Padang Pasir (Hermit). Kemenangan dalam pertemuran tersebut sekaligus menghambat gerakan Napoleon untuk memasuki kawasan Asia seperti; India dan Indonesia (Onggang dalam buku Tuanku Rao ; hal , 91).
Selama 16 tahun Haji Piobang, Haji Sumanik dan haji Miskin meninggalkan kampung halaman Minangkabau, menurut buku tersebut karena belajar di Universitas Al Azhar Mesir dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup seorang Minangkabau. Semasa belajar di Mesir, ketiga haji tersebut di atas terpaksa harus masuk prajurit tentara Turki waktu itu menguasai Mesir .Karena bakat dan keteguhan hati pemuda Minangkabau yang pemberani dan keberhasilannya dalam berperang yang dimilikinya semasa menjadi tentara Turki dan timur tengah. Terutama membanting pasukan Napoleon Bonaparte di medan tempur Pyramids yang terkenal itu. Kemudian tokoh pemuda Minangkabau menjadi terkenal di dunia tempur Padang pasir yang tandus. Sekaligus mendapat kenaikan pangkat dari captain menjadi colonel Cavalry Piobang dan Mayor artillery Sumanik serta sang Perwira Hermit Haji Miskin terkenal dalam perang hidup mati di padang pasir (hendra maut), oleh Jenderal Muhammad Ali Pasha (Turki).

Kira-kira di tahun 1800 ketiga haji ini pulang dari tanah suci pulang menuju Minangkabau Indonesia. Kepulangan ketiga haji tersebut bersama satu orang lainnya haji dari Sulu Philipina bernama haji datuk Onn atas saran dari Abdulah Ibnu Saud penguasa Arab Saudi waktu itu yang beraliran Wahabi (Onggang, Buku Tuanku Rao, hal; 92).

Empat orang haji (satu orang haji Datuk Onn Sulu Pilipina) pulang bersama menuju daerah asal masing masing dengan tekad untuk menegakkan dan memurnikan Islam sekaligus mengusir penjajah yang kafir yang menguasai daerah mereka (Belanda di Indonesia dan Spanyol di Pilipina). Sesampai di Minangkabau ketiga haji Minangkabau ini bertemu dengan Tuanku nan Renceh seorang ulama terkemuka alumni Universitas Ulakan Pariaman, serta alumni Pendidikan Islam Koto Tuo dan perguruan Islam lainnya.

Menyusun Negara Darul Islam tahun 1804-1821
Menurut catatan sejarah dalam buku “Tuanku Rao oleh M. Onggang P”, bahwa Tuanku Nan Renceh bersama ke tiga haji yang baru datang tersebut segera menyusun rencana pembersihan Islam di Minangkabau. Selanjutnya segera menyusun Negara Darul Islam di markas Kamang Agam. Maka lahirlah negara “Darul Islam” dengan pasukan tempur dibawah komondo Haji Piobang dan Haji Miskin serta Haji Sumanik yang ahli dalam banyak peperangan di timur tengah dan Turki yang dinamakan Tentara Paderi (Kaum Putih). Dalam beberapa tahun kiprah tentara paderi begitu besar dan radikal dalam menegakkan dan membersihkan Islam dari paham yang bertentangan dalam masyarakat.

Walau akhirnya Negara Darul Islam ini hancur dalam pertempuran Air Bangis tahun 1821. Pertempuran ini menyebabkan mati pahlawan Tuanku Rao dan beberapa tuanku lainnya secara syahid melawan penjajah Belanda. Tetapi perlu diingat bahwa perjuangan kaum Paderi ini telah merubah peta Islam khususnya di wilayah Sumatera bagian tengah dan utara sampai hari ini.Sulit dicari di tahun 1800 an sudah ada putera Minangkabau menjadi colonel di luar negeri dan berhasil menjadi pahlawan melawan gerakan musuh dari manapun. Termasuk dari dunia Eropah yang berusaha menyerang dunia Asia termasuk Indonesia. Memang begitu hebat orang Minangkabau waktu itu, termasuk banyak tokoh pejuang Islam yang belajar dan berjuang di negara asing, hanya untuk menegakkan Islam dan membawa masyarakat terbebas dari paham jahiliyah.

Kebanggaan Orang Minangkabau
Tidak sekedar kebanggaan saja yang diperlukan dalam mempelajari sejarah para tokoh termasuk tokoh yang kontradiktif. Tetapi terpenting adalah merupakan sebagai pelajaran tersendiri dari generasi ke generasi. Menanamkan jiwa dan semangat untuk memotivasi generasi berikutnya untuk menjadi pejuang yang keras, ulet dan tekun dalam mempertahankan agama dan bangsa dari penindasan dan ketertinggalan.

Disamping tokoh tiga haji tersebut, banyak tokoh lain yang patut menjadi panutan generasi mendatang. Terutama tokoh penegak dan pendiri Islam seperti Sjech Burhanudin Ulakan, Sjech Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Sjech Inyiak Jambek, Sjech Inyiak Joho, Sjech Inyiak Candung, Sjech Inyiak Parabek, Buya Hamka dan banyak Sjech lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Karena keberhasilannya dalam membawa agama Islam serta menegakkan Islam serta pendidikan lainnya di Minangkabau selama ini.Termasuk juga yang patut kita banggakan dan hormati adalah Tuanku Nan Renceh bersama Haji Piobang, Haji Sumanik dan Haji Miskin dari aliran keras dengan paham wahabi dari Mazhab Hambali. Dan banyak kemungkinan bahwa cara kekerasanlah yang dapat menurut tokoh-tokoh tersebut untuk menanamkan agama Islam kala itu. Walau semua orang boleh berbeda pendapat bahwa itu tidak sesuai dengan paham sekarang dengan menanamkan agama. Karena secara persuasive dan tanpa kekerasan dan melalui pendidikan dan contoh serta teladan serta kebaikan yang diutamakan.

Menelusuri Jejak Sejarah Tokoh Tiga Haji.
Pada suatu saat, penulis bersama Datuk Pati Marajo (penulis Buku Minangkabau) sengaja berkunjung ke, nagari-nagari; Piobang, Sumanik dan Pandai Sikek di Kabupaten 50 Kota dan Tanah Datar. Karena menurut sejarah bahwa nagari-nagari tersebutlah merupakan tempat asal usul para tokoh di atas.Dari peninjauan lapangan ke tiga nagari asal para tiga haji tersebut, ditemukan adalah kuburan para ketiga haji yang telah di rawat oleh Cagar Budaya sebagai peninggalan sejarah yang tercatat dalam sejarah budaya nasional Indonesia. Namun tidak banyak informasi yang kami temukan tentang asal usul dan kelahiran serta masa kecil beliau, serta tidak adanya catatan tentang riwayat perjuangan yang ditemukan di sana.

Menurut orang kampung ada tokoh tertentu yang memiliki cerita tentang kehidupan para tokoh ini dan tidak banyak orang yang tahu siapa tokoh ini sebenarnya dan apa perjuangan beliau. Dengan arti kata bahwa sejarah perjuangan tokoh penegak Islam ini kurang popular di mata masyarakat. Walau ada hanya semacam cerita dari mulut kemulut dari kaum yang tua-tua tentang keberadaan ketiga tokoh ini. Namun semua orang sepakat mengatakan bahwa tokoh tersebut adalah sangat pemberani dan di takuti serta sekaligus tidak disenangi di kampung masing-masing.Terdapat catatan sejarah yang ditemukan dari beberapa buku dan literature lama oleh para peminat sejarah seperti buku Tuanku Rao oleh M. Onggang P. Mengatakan bahwa ketiga haji tersebut sewaktu pulang dari Tanah Suci membawa aliran Wahabi yang waktu itu masih berkuasa di Arab Saudi dengan Mazhab Hambali ke Minangkabau. Setiba di Minangkabau ke tiga haji ini langsung melakukan pembersihan terhadap hal hal yang bertentangan dengan ajaran Islam seperti; Judi, Sabung Ayam, Minum Tuak dan kebiasaan lainnya yang menyimpang.

Namun Ketiga Haji ini mendapat perlawanan keras dari masyarakat kampung sendiri, Karena sepak terjang yang sangat keras, dan radikal dalam memurnikan Islam melalui pedang terhunus. Tidak sedikit manusia yang menjadi korban karena kebiasaan yang masih melanggar agama Islam seperti Judi, Sabung Ayam, Minum Tuak dan lainnya. Sehingga ketiga tokoh tersebut dan tentara Paderi tidak menjadi popular sampai hari ini.

Kemudian dengan pertemuan dengan Tuanku Nan Renceh alumni Universitas Ulakan Pariaman, kira-kira tahun 1804 disusunlah rencana pendirian Negara Darul Islam dengan Tentara Paderi di bawah pimpinan Haji Piobang. Haji Piobang, Haji Sumanik dan Haji Miskin aman dan dijamin oleh Tuanku Nan Renceh hidup di Kamang Agam, sekaligus menyusun Negara Darul Islam dan tentara Paderi. Berdirilah Markas Islam di Kamang dengan Mazhab Wahabi dan sekaligus lembaga pendidikan semacam universitas Islam. Disamping Universitas Islam di Ulakan di Pariaman dengan Mazhab Syiah. Walau sekarang tidak ada sedikitpun bekas sebuah Universitas dan Markas Islam dengan jumlah murid mencapai ribuan orang dan 32.000 ekor kuda untuk pasukan Cavalry (tentara berkuda).

Sedangkan murid dan anggota pasukan Paderi adalah dari Minangkabau dan dari Sumatera Utara seperti Pongkinanggolan Sinambela alias Tuanku Rao, Peto Syarif alias Tuanku Imam Bonjol (Pahlawan Nasional), Hamonongan Harahap alias Tuanku Tambusai, Idris Nasution alias Tuanku Lelo, Tuanku Lintau, Tuanku Hitam dan lainnya.Sekian sekelumit sejarah ringkas tentang ketiga haji yaitu Haji Piobang, Haji Sumanik dan Haji Miskin yang boleh dikatakan telah merubah peta dunia Islam khususnya di bumi Sumatera Tengah dan Utara dan mungkin menjalar ke daerah lainnya di Nusantara. Apabila pembaca menemukan cerita lain dari tokoh yang sama mungkin bisa saling melengkapi, karena cerita ini kebanyakan dari kutipan Buku karangan “Mangaradja Oanggang Parlindungan dalam Judul Tuanku Rao ” dalam Terror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak 1816 - 1833, Penerbit Tandjung Pengharapan. 
 
 

Jumat, 19 Juli 2013

Pesona Lembah Harau


Rasanya saya langsung pengin menetap di Lembah Harau sesampainya di sini. Suasana alam pedesaaan yang asri, hijau persawahan, ditambah pula dengan tebing-tebing granitnya yang gagah. Sempurna sekali, bukan hanya bagi pencari keheningan namun bagi siapa saya yang melihatnya.
Bahkan sesaat sebelum menyisir sebagian Lembah Harau yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Koto, Sumatera Barat ini, saya sudah takjub. Mobil dipaksa berhenti sejenak di luar Lembah Harau. Sekedar menikmati panorama Lembah Harau dari kejauhan untuk beberapa saat.
Saat itu jalanan cukup lengang. Benar-benar menggambaran sebuah desa yang cocok digunakan untuk menua bersama waktu barang sejenak.

Selepas memasuki Kawasan Wisata Lembah Harau dengan membayar sejumlah Rupiah uang masuk (Rp. 40.000,00 untuk 1 Mobil Kia Travello berisi 9 orang), mobil berjalan di pinggir tebing-tebing tinggi.  Rasanya kerdil banget memandang megahnya tebing-tebing ini.



Saya dan teman-teman memutuskan berhenti di pinggir Lembah Echo Homestay, yang merupakan salah satu penginapan yang ada di kawasan Lembah Harau. Di saat beberapa teman berkeliling mengabadikan keindahan Lembah Harau, saya diberi tahu oleh Pak Sopir untuk mencoba berteriak di sekitaran Lembah Echo ini.  Saya pun iseng mencoba berteriak, tapi untungnya saya tidak sampe berteriak, “DEMIII TU….HAAAANNNNNN!!”
Untung, deh, saat itu belum jaman Eyang Subur! 





Di lembah sekitar tebing yang diberi tanda Echo ini saya berteriak sekencang-kencangnya tanpa malu-malu sekalian menuntaskan segala keluh kesah tentang masa lalu , “AKHHHHHHHHHHHHHHH……”
Dan, hanya berselang beberapa menit kemudian teriakan saya pun terdengar lagi, “AKHHHHHHHHHH……”


Tidak ingin berlama-lama berteriak-teriak kesetanan di Lembah Echo, saya dan teman-teman kembali bergerak menuju salah satu air terjun di Lembah Harau, yang sayangnya lagi nggak banyak airnya.
Di sekitaran air terjun ini terdapat beberapa warung tenda yang bisa dijadikan tempat beristirahat sejenak. Kebetulan ada teman yang belum sempat sarapan sehingga kegiatan selanjutnya ada bergosip pagi ala ibu-ibu rumpi.



Di sela-sela ngomongin politik maupun kawin siri, saya dan beberapa teman tertarik untuk mencicipi kerupuk opak segede gaban yang dijual di warung itu. Hal-hal sederhana seperti makan bareng di warung dan menemukan kerupuk opak segede  gambreng lengkap dengan sambal uniknya ini cukup mampu menambah pesona keindahan Lembah Harau.
Kalau ada kesempatan lagi saya mau kok nginep di Lembah Echo Home stay beberapa hari karena emang suasanan cukup sunyi, cocok banget untuk terapi hati. #eeaa



http://www.dansapar.com/2013/04/26/pesona-lembah-harau/

Kamis, 18 Juli 2013

Ngalau Indah Payakumbuh

Ngalau indah Payakumbuh terdapat tak jauh setelah batas 'Selamat datang' di kota Payakumbuh. Tarif masuk sebesar lima ribu rupiah. Tempa ini terdapat di bukit. Jadi jangan kaget melihat jalanan yang berkelok-kelok dan lumayan curam. Tak ada pembatas di samping jurang, maka dari itu kendarailah mobil secara perlahan. Inti dari ngalau indah adalah pemandangan alam yang masih konsisten dijaga. Disekitar hanya terdapat pepohonan besar dan menjulang. Bila anda ingin mendapat objek foto yang bagus, masuklah ke dalam gua. Stalaktit yang tertempel di batu-batu menimbulkan efek hijau bila terkena blitz foto. Banyak objek foto yang dapat diambil. Biasanya akan ada juru foto yang siap akan mengikuti anda dari pertama masuk hingga keluar. Tidak usah risih! Mereka juga berguna untuk menjadi pemandu perjalanan anda di dalam gua. Hawa yang terdapat dalam gua ini lumayan dingin dan kondisi di dalam gua cukup gelap. Para juru foto ini sudah siap dengan senter di tangan. Banyak kelelawar beterbangan, jadi jangan heran bila ada bau-bau tak sedap. Itu semua berasal dari kotoran kelelawar. Beberapa objek yang indah untuk difoto bersama seperti batu berbentuk kursi raja, batu kelambu putri, dan batu ibu menangis. Menurut penuturan salah seorang juru foto, bila batu yang masih mengandung fosfor (tandanya berkelap-kelip seperti glitter) itu masih hidup. Bila hujan turun, batu ini akan bergeser (tumbuh) dan untuk batu yang terkena lumut, bila terkena sentuhan tangan manusia, ia akan rapuh dan hancur.

Air Terjun Lembah Harau - Lima Puluh Koto





Lembah Harau mempunyai tujuh air terjun (sarasah) yang mempesona. Ketinggian masing-masing air terjun berbeda-beda antara 50-90 meter. Air terjun tersebut mengalir dari atas jurang yang membentang di sepanjang Lembah Harau.  Memasuki Taman Wisata Lembah Harau, seperti berada dalam sebuah benteng dengan tebing .  kemerah-merahan dengan ketinggian antara 150 hingga 200 meter. Tebing itu tegak dengan kokohnya yang mengelilingi lembah.

Lembah Harau ini terbentuk akibat ad
anya patahan turun atau block yang turun membentuk lembah yang cukup luas dan datar. Salah satu tanda-tanda atau untuk melihat dimana lokasi patahannya adalah dengan adanya air terjun. Ini artinya dahulu ada sungai yang kemudian terpotong akibat adanya patahan turun, sehingga membentuk air terjun. Secara geologi, batuan yang ada disitu berumur cukup tua, kira-kira 30-40 juta tahun. Batuan seumur ini yang sangat halus berupa serpih yang merupakan batuan yang banyak mengandung organic carbon.

Kawasan objek wisata Lembah Harau
terdiri dari 3 (tiga) kawasan : Kawasan Aka Barayu, Sarasah Bunta, dan Rimbo Piobang.

Pada kawasan Aka Barayun yang memiliki keindahan air terjun yang mempunyai kolam renang, yang memberikan nuansa alam yang asri juga berpotensi untuk pengembangan olah raga panjat tebing karena memiliki bukit batu yang terjal dan juga mempunyai lokasi yang bias memantulkan suara (echo). Disini juga terdapat fasiltas penginapan berupa homestay yang bisa dimanfaatkan wisatawan yang ingin menginap lengkap dengan fasilitasnya. Konon Sarasah Aka Barayun dari legenda dalam masyarakat yang berada di sekitarnya Cagar Alam Lembah Harau dulunya adalah Laut.

Untuk kawasan Sarasah Bunta yang terletak disebelah timur Aka Barayun, memiliki empat air terjun (sarasah) Aie Luluih,  Bunta, Murai dan Aie Angek.   Sarasah Aie Luluih,  air yang mengalir melewati dinding batu dan dibawahnya mempunyai kolam tempat mandi alami yang asri, dari cerita dari orang tua-tua dulu, ada kepercayaan mandi atau membasuh muka di sarasah aie luluih dapat mengobati jerawat dan muka akan terlihat cantik dan awet muda. Sarasah Bunta dimana sarasah ini mempunyai air terjunnya yang berunta-unta indah seperti bidadari yang sedang mandi apabila terpancar sinar matahari siang sehingga dinamakan “Sarasah Bunta” . Sarasah Murai , pada sarasah ini sering pada siangnya burung murai mandi sambil memadu kasih sehingga masyarakat menamakan “Sarasah Murai “.dan apabila mandi di bawah air terjun kedua sarasah ini, dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa , lekas mendapat jodoh bagi yang belum menikah.

Pada Sarasah Aie Angek belum banyak dikunjungi wisatawan, airnya agak panas berada arah keutara dari “Sarasah Murai”.

Sedangkan pada kawasan Rimbo Piobang sampai akhir tahun 2008 belum berkembang karena direncanakan untuk Taman Safari.
Lembah Harau ini juga terbagi 2 daerah wisatanya yaitu Sarasah Bunta dan Aka Barayun( Akar Berayun-red). Di Sarasah Bunta terdapat 5 buah air terjun, dan di Aka Barayun cuman ada 1 air terjun. Air Terjun di Lembah Harau ini sangat jernih dan dingin, dan juga ada ikan-ikan kecil. Untuk air terjun di Aka Barayun sudah berupa kolam sehingga berenang jadi lebih enak. Sedangkan yang di Sarasah Bunta penampungan air terjunnya masih alami sehingga bermain di air terjunnya jadi lebih asyik.harau2
Jika merasa bosan dengan air terjun doank, sebaiknya memilih lokasi ke Akar Berayun karena disana fasilitas lebih lengkap dan disana juga sudah dilengkapi oleh Cottage/Resort. Selain itu di daerah akar berayun juga tersedia Bendi alat trasportasi tradisional Minangkabau serta juga dapat ditemui Kebun Binatang kecil dan juga bisa mengunjungi tempat penangkaran kupu-kupu. Dan yang lebih asyik disana juga telah disediain akses para pendaki tanpa alat dengan menaiki anak tangga sampai tebing paling atas, sehingga bisa melihat pemandangan seluruh Lembah Harau.

Legenda Menurut alkisah, pada suatu masa raja Hidustan berlayar bersama istri dan anaknya putri Sari Banilai. Perjalanan ini dalam rangka syukuran karena sang putri telah bertunangan  dengan seorang pemuda dari Hindustan yang bernama Bujang Juaro. Sebelum berangkat kedua insan tersebut telah mengikat janji dan bersumpah sehidup semati. Putri Sari Banilai bersumpah apabila ia ingkar janji, ia rela menjadi sebuah batu. Sebaliknya Bujang Juaro juga bersumpah apabila dia yang ingkar, dia akan berubah menjadi ular.
Dalam perjalanan perahu mereka dihempas badai dan terdampar disebuah selat. Akibat dari hempasan badai perahu tersebut menjadi rusak, dan untuk mencegah karam, perahu ditambatkan pada batu besar yang mengapit selat tersebut.
Mereka ditolong oleh penduduk setempat, dan karena statusnya yang bangsawan, mereka diterima oleh penguasa Harau, tempat dimana mereka terdampar. Kondisi kapal yang rusak parah, membuat mereka tidak bisa segera berlayar kembali. Hubungan kedua keluarga raja tersebut semakin akrab. Karena mereka merasa kerasan dan diterima dengan baik oleh masyarakat setempat, raja Hindustan ingin menikahkan putrinya dengan pemuda setempat yang bernama Rambun Paneh. Dia tidak tahu mengenai perjanjian antara putrinya dan Bujang Juaro.
Waktu berlalu, kedua pasangan tersebut telah dikarunia anak. Pada suatu hari, mainan anaknya jatuh ke dalam air, dan tidak muncul kembali. Sudah barang tentu anak tersebut menangis sejadi-jadinya, dan membuat ibunya merasa kasihan. Tanpa pikir panjang, putri Sari Banilai langsung terjun ke dalam laut untuk mengambil mainan tersebut.
Sungguh malang, alih-alih mendapatkan mainan anaknya, justru ombak besar datang menghempasnya dan membuat sang putri terjepit diantara batu-batu besar.
Saat itu sang putri teringat dengan janjinya kepada Bujang Juaro. Ia kemudian berdoa kepada Tuhan agar air disurutkan, dan kalau memang dia membuat kesalahan dia rela disumpah menjadi batu. Air kemudian surut secara perlahan, begitu juga tubuh sang putri, perlahan-lahan berubah menjadi batu.
Lokasi

Terletak di Nagari Harau, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Koto, Propinsi Sumatera Barat.

Peta dan Koordinat GPS: 0° 6' 33.04" S  100° 38' 57.69" E 

Aksesbilitas


Berjarak ± 138 Km dari Padang ±, 47 Km dari Bukittinggi, sekitar ± 18 Km dari Kota Payakumbuh, dan ±2 Km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota.  Dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau umum dengan konsisi beraspal rata dan bagus.  Hanya saat mendekati tiga air terjun disisi kanan pintu masuk, jalan sekitar 200 m belum diaspal.

Bagi yang menggunakan kendaraan umum dari kota Bukittinggi di awali dari terminal Aur Kuning.  Naik bis jurusan Payakumbuh, kemudian diteruskan dengan naik bus ke Sari Lama atau Lamaksari. Dari Sari Lama perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 4 km (sekitar satu jam) menuju ke pintu masuk cagar alam. perjalanan dapat dilanjutkan dengan kendaraan umum yang khusus ke Lembah Harau, atau dapat naik angkutan umum ke Pangkalan atau ke Pakan Baru dan turun di Sari Lamak yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Lima Puluh Kota

Dari Sari Lamak ini sebagai petualang anda dapat saja berjalan kaki paling sekitar 5 KM untuk sampai ke Lembah Harau atau sewa Ojek agar lebih bebas menikmati keindahan Objek Wisata ini.



Tiket dan Parkir

Tiket masuk untuk anak-anak Rp. 3.000,-per orang dan untuk dewasa Rp.5.000,- per orang.


Akomodasi dan Fasilitas

Tersedia  pondok kecil dan Rumah Gadang di dasar lembah untuk tempat menginap. Harga sewa kamar semalam bervariasi, mulai dari Rp 50.000,- hingga Rp 2 juta per malamnya. Bagi para peminat olah raga panjat tebing, disediakan pemandau yang akan membimbing untuk melakukan olah raga tersebut.

Juga tedapar warung-warung kecil yang menjual makanan dan minuman.
Di sini, tersedia fasilitas rekreasi seperti kolam pemandian, tempat berkemah, dan jlan setapak untuk hiking keliling kawasan. Harga tanda masuk relatif murah. Di loket penjualan karcis, akan mendapatkan peta kawasan cagar alam dan suaka margasatwa Lembah Harau. Bila membutuhkan penunjuk jalan, kita juga bisa menggunakan jasa tenaga guide yang yang dibayar harian.

Sumber :
http://www.harau.info/index.php?mod=content&act=read&id=15&title=lembah-harau-dan-legendanya&menu_id=0

http://jalanjalanterus.wordpress.com/2007/10/25/lembah-harau-50-kota-sumbar/
http://inioke.com/konten/3038/hemel-harau-lembah-harau-yang-mempesona.html

https://sites.google.com/site/wisataairterjun/sumatera-barat/air-terjun-lembah-arau 

Lambang Daerah dan Arti
Lambang Daerah dan Arti
Lambang Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota
A.   BENTUK DASAR OVAL : Melambangkan jiwa persatuan, Bulek Sagolongan, Picak Salayangan, Barek Samo Dipikua, Ringan Samo Dijinjiang.
B.   WARNA BIRU  : Melambangkan sifat ramah tamah dan setia, Aianyo Janiah Ikannyo Jinak, Sayaknyo Landai, Dalam nan indak Taajuk, Dangkanyo Nan Indak Tasubarangi, buayonyo gadang nan maunikan..
C.   WARNA MERAH PUTIH : Melambangkan Bendera Kebangsaan.
D. PADI : Melambangkan Lima Puluh Kota sebagai daerah agraris yang menghasilkan padi sebagai bahan pangan pokok bagi rakyat.
E. KAPAS : Melambangkan bahwa rakyat Lima Puluh Kota suka bertenun menghasilkan sandang.
F. GUNUNG dan SUNGAI : Melambangkan bahwa daerah Kabupaten Lima Puluh Kota alamnya bergunung-gunung dan bersungai-sungai.
G. CARANO : Melambangkan jiwa musyawarah, Tuah Sakato, Cilako Basilang.
H. RUMAH BAGONJONG LIMO : Melambangkan Adatnya nan Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah nan indak Lakang dek Paneh, Indak Lapuak dek Hujan.
I. BINTANG PERSEGI LIMA : Dengan warna Kuning adalah Lambang Ketuhanan Yang Maha Esa.
J. TULISAN 50 : Mengingatkan pada sejarah asal usul sebabnya daerah ini dinamakan Luhak Limo Puluah. - http://www.limapuluhkotakab.go.id/profil/1/lambang-daerah-dan-arti.html
:: Kecamatan Payakumbuh ::
GEOGRAFI
Kecamatan Payakumbuh merupakan salah satu wilayah Administrasi Pemerintahan dalam Kabupaten Limapuluh Kota dengan ibukota Kecamatan adalah Koto Baru Simalanggang. Luas daratan mencapai 99,47 Km2 yang berarti 2,97 % dari luas wilayah Kabupaten Limapuluh Kota yang luasnya 3.354,30 Km2. Kecamatan Payakumbuh terdiri dari 7 nagari dan 27 jorong, adalah :
  1. Nagari Koto Baru Simalanggang 9,01 Km2 dengan 3 jorong,yaitu: 1)Koto Baru, 2) Parumpuang, dan 3)Tabek Panjang .
  2. Nagari Taeh Baruh 11,23 Km2 dengan 6 jorong,yaitu:1) Dalam Koto, 2)Kubu Godang, 3)Parik Dalam,4) .Padang Parik Panjang 5).Koto Kociek dan 6).Koto Puji.
  3. Nagari Taeh Bukit 23,7 Km2) dengan 4 jorong,yaitu:1) Pogang, 2)Talago, Bukit Tapung, 4)Pabatungan.
  4. Nagari Simalanggang 26,91 Km2) dengan 4 jorong,yaitu :Api-api, 2)Balai Rupih,3)Koto, 4)Tabiang Ronah,
  5. Nagari Piobang 9,83 Km2 dengan 3 jorong,yaitu:1)Piobang, 2)Gando, 3)Ampang
  6. Nagari Sungai Baringin 11,35 Km2 dengan 4 jorong,yaitu:1)Lareh Nan Panjang, 2)Koto Tangah, 3)Guguk, 4)Tanjung Munti.
  7. Nagari Koto Tangah Simalanggang 7,44 Km2 dengan 3 jorong,yaitu:1)Batu Nan Limo, 2) Kapalo Koto, 3) Tambun Ijuak
Batas wilayah Kecamatan Payakumbuh adalah sebelah Utara Kecamatan Mungka, Selatan Kecamatan Akabiluru dan Kota Payakuumbuh, Timur Kecamatan Harau dan Kota Payakumbuh,Barat Kecamatan Mungka dan Guguak.
TOPOGRAFI
Topografi Kecamatan Payakumbuh bervariasi antara datar dan berbukit-bukit dengan tinggi tempat terendah berada pada Pakan Rabaa Nagari Kota Tangah Simalanggang ( 505 m) dan daerah tertinggi berada pada Gunung Bungsu Nagari Taeh Bukit (1253 m) Dikecamatan ini terdapat satu buah Gunung yang tidak aktif lagi yakni Gunung Bungsu (1253 m) yang terletak di Kenagarian Taeh Bukit, dan ada 4 (empat ) buah sungai besar/kecil (Sinamar, Belubus, Pilola, dan Lampasi) yang mengaliri daratannya yang telah banyak dimanfaatkan masyarakat untuk sumber irigasi, memancing dan meme-lihara ikan dalam keramba serta galian C.
SEJARAH MENURUT TAMBO
Menurut Tambo Payakumbuh ini dikenal dengan pemerintahan Niniak Nan Baranam atau anak nan baranam, yaitu :
  1. Pucuak di Taeh bergelar Dt. Angku Soik,
  2. Rajo di Simalanggang bergelar Dt. Bandaro,
  3. Dubalang di Piobang bergelar Dt. Rajo Baguno,
  4. Imam di Sungai Baringin bergelar Dt.Banso Dirajo,
  5. Bilal di Lubuak Batingkok bergelar Dt. Tunaro,
  6. Penghulu di Gurun bergelar Dt. Sabatang.
Batas wilayah menurut tambo adalah : Tarantang ka Bukik Panjang (batas Sungai Beringin dengan Koto Nan empat) ,taracak Ka Bukik Palano, tajulua Kaliang Ula (batas perambahan dengan Piobang ),tabayak Ke Batu Labi (simpang Parambahan),takilek Ka Api-api (persawahan orang Simalanggang di Lampasi), mamudiak Kabatang Sinamar,talilik Ka Kubu Gadang, tasalek Ka Bukik Apik, Menurun Galangang Baruak (Batas dengan Durian Gadang ), air karuah Batu Batuduang ( Sungai Beringin )
ZAMAN BELANDA
Niniak Nan Baranam ini dibawah Kelarasan Sungai Baringin dengan Tuanku Larehnya Berkedudukan di Piobang. Nama Tuanku Lareh Sungai Beringin Terakhir adalah Abdullah Datuk Paduko Tuan. Berdasarkan Lembaran Negara No.418 tahun 1905 , Nagari Gurun Dan Lubuak Batingkok dipisah dari Kelarasan Sungai Beringin dan membentuk kelarasan Baru yang diberi nama Kelarasan Lubuak Batingkok dengan Nagari; Lubuak Batingkok, Gurun, dan Koto Tuo. Nama Tuanku Lareh terakhir dari Kelarasan Lubuak Batingkok adalah Kawi Datuak Rajo Penghulu.
ZAMAN KEMERDEKAAN
Sejak kemerdekaan wilayah Kecamatan Payakumbuah terdiri dari 12 Nagari. Berdasar-kan Perda No.14 Tahun 2001 tangal 29 Oktober Kecamatan Payakumbuah dipecah menjadi dua ,yaitu Kecamatan Payakumbuah dan Akabiluru. Nama Camat (data belum lengkap ) Drs. Musdar Darwis, Elfi Rahmi. S.Sos, (. ), Ir. Wal Asri (2004-2005), Hendri Yoni. S.Sos (2005-2007 ),Drs.Syaiful (2007-2008),M.Ali Firdaus .S.Sos.(Jan 2009-Desember 2010), Drs. Rahmat Hidayat, MSi (Januari 2011-Sekarang)
AGAMA
Untuk menunjang kehidupan beragama di Kecamatan Payakumbuh terdapat fasilitas tempat ibadah berupa Masjid (22 buah), Mushala (30 buah), dan Langgar (27 buah). Masyarakatnya 100 % memeluk agama Islam. Jumlah ulama 16 orang, mubalig 31 orang, penyuluh agama 16 orang dan khatib 23 orang.
KEPENDUDUKAN
Jumlah Penduduk Kecamatan Payakumbuh adalah 29.769 jiwa yang terdiri dari laki-laki 14.687 jiwa dan perempuan 15.082 , jiwa dengan sex rasio 97,38 % dengan tingkat kepadatan penduduk 299 jiwa/km2. Sumber mata pencaharian penduduk adalah petani (85 %), pedagang (10 %), jasa dan buruh lainnya sekitar (5 %).
PENDIDIKAN
Sarana pendidikan di Kecamatan Payakumbuh yang telah tersedia baru pada tingkat pendidikan TK sampai SLTA. Sarana pendidikan TK berjumlah 15 (lima belas) unit. Sarana pendidikan SD tersebar disemua nagari berjumlah 29 (dua puluh sembilan) unit. Untuk tingkat pendidikan SLTP sederajat berjumlah 8 (delapan) unit. Dan untuk tingkat pendidikan SLTA berjumlah 1 (satu) unit.
KESEHATAN
Dibidang kesehatan, fasilitas dan sarana kesehatan di Kecamatan Payakumbuh juga masih sangat terbatas. Untuk melayani 7 Nagari yang ada hanya terdapat 1 unit Puskesmas , 5 unit Puskesmas Pembantu (Pustu) , Polindes 15 unit dan Posyandu 52 unit. Adapun tenaga medis yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari 1 orang dokter umum,1 orang dokter gigi, perawat umum 2 orang, perawat gigi 2, dan16 orang bidan.

Potensi Kecamatan Payakumbuh

SAWAH, TERNAK UNGGAS, GALIAN C, INDUSTRI ANYAMAN DAN KEPARIWISATAAN

PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Di Bidang Pertanian, Kecamatan Payakumbuh memiliki potensi yang dapat menjadi andalan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Dari total Sawah 1.981 Ha dengan luas panen 4.327 Ha dengan produksi 20.942,68 ton GKP pertahun tersebar di tujuh nagari, dan dengan sumber air irigasi yang cukup kenagaraian Sungai Beringin berpotensi untuk dijadikan tempat kegiatan penangkar benih padi. Untuk pengembangan tanaman jagung dengan luas tanam 429 ha pertahun tersebar di lima Nagari yakni,Piobang, Koto Baru Simalanggang, Simalanggang, Koto Tangah Simalanggang, dan Taeh Baruah
PETERNAKAN DAN PERIKANAN
Kondisi Kecamatan Payakumbuah sangat mendukung untuk usaha pengembangan ternak unggas ( ayam buras, ras dan itik ), terdapat adalah Ayam Petelur dengan populasi mencapai 901.182 ekor, ayam pedaging 68.016 ekor ,Ayam Buras 58.155 ekor , dan Itik 42.783 ekor. Sapi merupakan hewan ternak besar yang paling banyak terdapat di Kecamatan Payakumbuah. Populasi Sapi adalah 3.686 ekor ternak Kerbau 1.587 ekor , Kambing 1.449 ekor . Sementara luas Kolam adalah 51,60 ha dengan produksi 506,68 ton/tahun, Luas Budidaya Ikan di Sawah 1.676 Ha dengan produksi 93,64 ton/tahun , luas penangkapan ikan diperairan umum dengan luas 116,90 ha dengan produksi 11,17 ton/tahun. Untuk Usaha Perikanan terutama pada pemeliharaan ikan dengan Keramba berpeluang dikembangkan pada daerah yang dialiri oleh empat sungai besar/kecil. (Sinamar, Belubus,Pilola, dan Lampasi ).
PERTAMBANGAN
Di Bidang Pertambangan galian C, berpotensi pada nagari Taeh Baruah,dan pada nagari yang dilewati keempat sungai besar/kecil tersebut. sementara untuk pembuatan Batu Bata dan Batu Gunung pada kenagarian Taeh Bukit .
INDUSTRI RUMAH TANGGA
Di Bidang Industri rumah tangga yang dapat dikembangkan seperti anyaman dari bambu pada nagari Koto Baru Simalanggang, sedangkan kerajinan bordir banyak kita jumpai di kenagarian Kota Tanggah Simalanggang, Simalanggang, Taeh Baruah, dan Koto Baru Simalanggang.
KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Dibidang Pariwisata yang berpotensial dapat dikembangkan adalah pada kenagarian Taeh Bukit, pertama pendakian Gunung Bungsu yang alamnya indah yang dapat terlihat Kota Payakumbuh dan Nagari sekeliling Gunung Bungsu dari atas puncaknya, kedua adanya Situs sejarah Batu Boro Bono di jorong Talago, dan tidak kalah baiknya dikembangkan lapangan golf yang bertaraf Nasional. Kesenian Anak Nagari yang dapat dikembangkan adalah Randai, Talempong Pacik, Barinai suatu nyanyian yang didendangkan sambil menyadap nira dari pohon enau, Basidodok suatu nyayian berbalas pantun diwaktu menuai padi disawah.
PASAR DAN LEMBAGA KEUANGAN
Di Kecamatan ini bagi masyarakat yang ingin menjual hasil buminya serta membeli keperluan harian terdapat 2 (dua) buah pasar yakni Pasar Di Kototangah Simalanggang setiap hari Rabu dan Pasar Di Taeh Baruh setiap hari Jumat. - http://www.limapuluhkotakab.go.id/kecamatan/7/payakumbuh.html
:: Kecamatan Kapur IX | Sejarah dan Potensi ::
GEOGRAFIS
Kecamatan Kapur IX adalah salah satu dari tiga belas kecamatan yang ada di bagian timur Kabupaten Limapuluh Kota. Luas wilayah Kecamatan Kapur IX 723,36 Km2 yang berarti 21,56 % dari luas Kabuputen Limapuluh Kota yang luasnya 3.354,30 Km2,yang terdiri dari 7 nagari dan 31 jorong.
  1. Nagari terluas adalah Nagari Galugua 128 Km2 terdiri dari 4 jorong,yaitu: (a)Galugua, (b) Koto Tangah, (c) Tanjung Jajaran, (d)Morgan,
  2. Nagari Sialang 117 Km2 terdiri dari 4 jorong, yaitu :(a)Sialang Bawah, (b)Sialang Ateh, (c)Lubuk Koto, (d)Ronah Bengkek,
  3. Nagari Lubuak Alai 106 Km2 terdiri dari 6 jorong, yaitu :(a)Suka Karya, (b)Alai Baru, (c) Rumbai, (d) Balai Tangah, (e) Koto Tinggi, (f)Saiduanau,
  4. Nagari Koto Lamo 103,36 Km2 terdiri dari 5 jorong, yaitu (a)Koto Tuo, (b)Koto Tangah, (c)Tanjung Bungo, (d) Lolo, (e)Sungai Nyanyiang,
  5. Nagari Muaro Paiti 95 Km2 mempunyai 6 jorong, yaitu :(a) Kampuang Baru, (b) Kampuang Dalam, (c) Kampung Talawi, (d) Sungai Panjang Indah, (e) Kampung Duri, (f) Koto Tinggi,
  6. Nagari Koto Bangun 91 Km2 mempunyai 3 jorong, yaitu: (a)Pulau Sialang, (b) Simpang,(c)Kampung Baru
  7. Nagari Durian Tinggi 81 Km2 terdiri 3 jorong, yakni: (a) Bintungan Sati, (b)Cinta Maju, (c)Ranah Pembangunan
Ibu kecamatan adalah Muaro Paiti yang terletak 78 Km dari Kota Sarilamak.Batas Kecamatan adalah sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Propinsi Riau,Selatan Kecamatan Bukit Barisan dan Gunuang Omeh, Timur Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Barat Kabupaten Pasaman.
TOPOGRAFI
Topografi Kecamatan Kapur IX bervariasi antara datar,bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian dari permukaan laut terendah pada nagari Lubuak Alai ( 137m dpl) dan tertinggi puncak Bukit Sapan Kijang di Nagari Koto Lamo (720 m dpl).
Kecamatan ini mempunyai Bukit diantaranya : B. Sangkar Puyuah, B.Batu Aguang, B.Rimbo Putus, B.Rimbo Pancuang,B. Sapan Kijang, B.Pandan, B. Rangau, B.Tadung, B.Batu Putiah,B.Alang Gadang, B.Kandang Lawan, B.Luncing, B.Lereng Bincang,B.Karsik Nambun,B. Koto Gilingan, B. Angau, B. Tapanggang,B. Bakar, B.Luncung, B.Pandam, B.Rimbo Sangkar,B. Batu Putiah, B.Malin, B.Balego, B.Patai,B. Tusam, B. Mangkudu, B.Batang Manau, B.Gong dan B.Ngalak.
Daratannya dialiri dengan banyak sungai besar dan kecilyang telah dimanfaatkan masyarakat untuk transportasi mempergunakan speed boat, sumber irigasi sawah , pencarian ikan dan sumber Galian C pasir dan kerekel . Nama –nama sungai tersebut adalah : Sungai Batang Kapuar, Batang Sopan, Batang Gamuruah, Batang Mangan, Batang Karuah, Kapua Putiah, Kapua Ketek, Sungai Keluaran,Sungai Janiah, Batang Jolu, Batang Tialan,Batang Morgan, Batang Tiawan, Batang Gian dan Batang Dondan.
SEJARAH MENURUT TAMBO
Dalam Tambo disebutkan bahwa Kecamatan Kapur IX sekarang merupakan bagian Ranah dari Luak Limo Puluah dan merupakan wilayah Tengah dari Kampar Kanan. Yang dikatakan Kapur IX adalah : Koto Lamo, Lubuak Alai, Koto Bangun, Durian Tinggi, Sialang, Kapua, Pongkai, Gunuang Malelo, dan Tanjuang Muaro Takuih.
Sementera itu Galugua disebutkan dengan VI Koto Kampar yang terdiri dari dua bagian ,pertama Galugua III Koto di Mudiak atau Galugua Ateh atau dinamakan juga Muaro Sungai Lolo. Kedua Galugua III Koto di hilia atau galugua Bawah.
Adapun susunan pemerintahan Kampar menurut adat adalah Pemerintahan Bandaro yang disebut dengan andiko 44 , yang 40 jatuh ke Kampar dan yang empat jatuh ke Kapua IX, dan yang jatuh ke Kapur IX yaitu :1) Dt. Rajo Balai di Muaro Takus sebagai Pucuk Andiko 44, 2) Dt. Sati di Gunuang Malelo sebagai Timbalan Pucuk Andiko, 3) Dt. Bandaro di Tanjuang sebagai Timbalan Pucuk Andiko dan Rajo Mahimpun di Muaro Takus sebagai manti pucuk andiko. Dan sebagai andiko lainnya adalah : Dt. Rajo Malelo di Muara Takus, Dt. Parabu di Pongkai, Dt. Majo di Gunuang Malelo, Dt. Bandaro Kayo di Lubuak Alai,Dt, Bandaro Kuniang di Muaro Paiti, Dt. Bandaro Hijau di Durian Tinggi, Dt. Bandaro Sati di Lolo Koto Lamo, Dt. Rajo di Galugua
ZAMAN BELANDA
Dizaman Belanda Kapur IX dinamakan Kelarasan Kapua nan Sembilan dan daerah (Landschap) Galugua III Koto di Hilia yang merupakan bagian dari Kecamatan Kampar Atas ,Kabupaten Limapuluh Kota dengan pusat pemerintahanya di Bangkinang dengan Kontroler : OP Besseling, Jaksa Royan Dt. Jamarif dan Ajung Jaksa adalah Majid Khatib Sampono dan Halat Sutan Marajo.
Setelah perobahan pembagian administrasi Sumatera Barat bulan Nopember 1914 maka Kecamatan Kapur IX bernama Onderdistrik Sialang (Kapur IX dan Galugua III Koto ) dari Onderafdeling Pangkalan , Afdeling Limapuluh Kota dengan Assiten demangnya bernama Jamaluddin Dt. Indo Marajo berkedudukan di Sialang.
ZAMAN KEMERDEKAAN
Pada awal kemerdekaan wilayah Kecamatan Kapur IX merupakan bagian dari kewedanaan Bangkinang , Luhak Lima Puluh Kota. Setelah Agresi Belanda II berdasarkan intruksi Gubernur Militer Sumatera Tengah No. 10/GM/ST/ 49 tanggal 9 Nopember 1949, dan diresmikanlah Kabupaten Limapuluh Kota Pada Tangal 19 Desember 1949, maka Kecamatan Kapur IX merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Limapuluh Kota.
Nama-nama camat Kecamatan Kapur IX adalah : Azhar Hamid (1949-1952), Gudang (1952-1953),Tengku Aladin (1953-1954), Tengku Saleh (1954-1955),Bagindo Ami (1955-1955), R. Dt. Doyok (1955-1957), Maran (1957-1960),Amran Zai (1960-1963), Naswar (1963-1964), Hatribal (1964-1967), Yusri,HI(1967-1968), Syahruddin (1968-1969), Amasri,BA (1969-1972), Mahyudin Tamara BA (1972-1973),Muzahar Abdulah, BA (1973-1977), Yohanes Dahlan ,BA (1977-1980), S.Dt.Rajo Sulaiman BA (1980-1983), Ruswan Abbas ,BA (1983-1985), Drs. Syafruddin Darab, BA (1985-1986), Drs. Mohammad Guntur (1986-1989) Karateker Drs. Syahmunir (1989-1990), Drs.Erminas (1990-1994), Drs. Don Adonis ( 1994-1996), Drs. Ridwan ( 1996-1998), Busman,BA (1998-2000), Musdar Darwis, Ba ( 2000- 2002) dan Ir Wal Asri (2002-2004),Drs.Basnida Efrizal.M.Si (2004-2005), M.Ali Firdaus,S.Sos (2005-2008),Drs.Ilyas (Jan 2009- Mar 2010), Yan Agusra.S.Sos.M.Si (Mar 2010- Desember 2010 ), Elsiwa Fajri (Januari 2011-Sekarang )
AGAMA
Untuk menunjang kehidupan beragama di Kecamatan Kapur IX terdapat fasilitas tempat ibadah berupa Masjid (22 buah), Mushala (8 buah), dan Langgar (34 buah). Masyarakatnya 100 % memeluk agama Islam. Jumlah ulama 24 orang, mubalig 93 orang, penyuluh agama 13 orang dan khatib 22 orang.

Potensi Kecamatan Kapur IX

TAMBANG BATU BARA DAN MARMAR DI KENAGARIAN KOTO LAMO

Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Kapur IX adalah 26.479 jiwa yang terdiri dari laki-laki 13.587 jiwa dan perempuan 12.892 jiwa dengan sex Rasio 105,39 % dan tingkat kepadatan penduduk 37 jiwa/Km2. Sumber mata pencaharian penduduk adalah petani baik sebagai petani sawah maupun sebagai petani karet dan gambir dengan persentase 87 %, pedagang 10 % dan lainnya 3 % dari jumlah penduduk yang usianya produktif.
Pendidikan
Sarana pendidikan di Kecamatan Kapur IX yang telah tersedia sejak tingkat pendidikan TK sampai SLTA. Sarana pendidikan TK berjumlah 20 (dua puluh) unit. Sarana pendidikan SD tersebar disemua nagari berjumlah 31 (tiga puluh satu) unit. Untuk tingkat pendidikan SLTP Negeri 4 (empat) unit. Dan untuk tingkat pendidikan SLTA berjumlah 1 (satu) unit.
Kesehatan
Dibidang kesehatan, fasilitas dan sarana kesehatan di Kecamatan Kapur IX juga masih sangat terbatas. Untuk melayani 7 Nagari yang ada hanya terdapat 2 unit Puskesmas , 7 unit Puskesmas Pembantu (Pustu) , Polindes 10 unit dan Posyandu 30 unit. Adapun tenaga medis yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari 4 orang dokter, perawat 8 orang, 18 orang bidan.
Pertanian dan Perkebunan
Di bidang Pertanian dengan luas Sawah 1.204 Ha,produksi Padinya belum mampu untuk memenuhi konsumsi masyarakat di Kecamatan Kapur IX, peluang peningkatan produksi adalah melalui penanaman Padi Ladang. Lahannya yang berbukit dan bergelombang merupakan potensi besar dalam penanaman gambir dimana masyarakatnya telah yang mempunyai lahan gambir terluas di Kabupaten Limapuluh Kota, yakni seluas 5.682 ha dengan total produksi 4.764,10 ton pertahun atau 40,4 % dari total produksi Kabupaten Limapuluh Kota sebesar 11.790,60 ton.
Peternakan dan Perikanan
Kerbau merupakan hewan ternak besar yang paling banyak terdapat di Kecamatan Kapur IX. Populasi ternak Kerbau 802 ekor, Sapi adalah 351 ekor, Kambing 1.328 ekor .Selain itu, jenis unggas yang paling banyak terdapat adalah Ayam Buras dengan populasi mencapai 46.694 ekor dan Itik 8.571 ekor, Ayam petelur 1.014 ekor. Sementara luas Kolam adalah 52,70 ha dengan produksi 700,24 ton/tahun, Luas Budidaya Ikan di Sawah 595 Ha dengan produksi 80,44 ton/tahun , luas penangkapan ikan diperairan umum dengan luas 450 ha dengan produksi 43,13 ton/tahun.
Pertambangan
Di bidang Pertambangan Kecamatan Kapur IX mempunyai potensi seperti : Tambang Batu Bara di Kenagarian Koto Lamo .Nagari Galugua mempunyai potensi Tambang Batu Bara dan Marmar. Sedangkan potensi Galian C yang terdiri dari pasir dan batu berukuran kerikil (Sirtukil) terdapat di Btang Air Paiti,Pambangan, Kapur nan kaciak, dan Kapur nan gadang , dan Tanah Liat di Kenagarian Lubuak Alai.
Pariwisata
Di Bidang Pariwisata yang dapat dikembangkan dan perlu pengelolaan oleh anak nagari adalah : Di Kenagarian Lubuak Alai adalah Air terjun dan irigasi ,di kenagarian Koto Lamo Batu Lasuang, Situs kebudayaan Batu Basurek dan sebuah Prasasti batu keramat dan batu mejan milik suku melayu Dt. Bosa Di kenagarian Sialang ada Panorama Alam. Di Kenagarian Muaro Paiti terdapat Pemandian Air Panas. Di nagari Durian tinggi terdapat Tapak Candi Koto Gilingan, sedangkan di kenagarian Galugua terdapat 3 okasi temat rekreasi yaitu; ngalau di tepi batang kampar, Batu kamunyi dan batu tungku. Goa atau ngalao apabila dikelola dengan baik dapat sebagai peningkatan ekonomi melalui pemeliharaan burung walet; seperti di kenagarian Koto lamo ada 25 lokasi, di kenagaraian Sialang terdapat ngalau Langkuik, Di Muaro Paiti ada 1 lokasi, dan di Galugua ada 2 lokasi yakni ngalao Batu Rajo dan Langkuik Kolam.
Pasar
Untuk memasarkan hasil bumi dan membeli keperluan rumah tangga di Kecamatan Kapur IX pada masing-masing nagari mempunyai pasar nagari, Lubuak Alai Pasar Tipe A hari minggu, Dinagari Koto Lamo ada 3 unit, yakni di jorong Tanjung Bungo setiap hari Rabu, Jorong Koto Tangah setiap hari Kamis, dan di jorong Koto Tuo setiap hari jumat, di Nagari Sialang ada 2 unit di jorong Ranah Bengkek hari jumat dan pasar di Sialang Ateh hari jumat. Di nagari Muaro Paiti pasar Tipe B pada hari kamis, Pasar Durian Tinggi Type A pada hari senin , dan di Galugua pasar Type A pada hari Jumat.- http://www.limapuluhkotakab.go.id/kecamatan/13/kapur-ix.html