Kamis, 18 Juli 2013

MELIHAT KONDISI DAERAH DI JALAN PERJUANGAN

MELIHAT KONDISI DAERAH DI JALAN PERJUANGAN
Jorong Sikabu-Kabu, Nagari Sikabu-Kabu Tanjuang Haro Padang Panjang, Kecamatan Luak, Limapuluh Kota 
Limapuluhkota - Perjuangan nampakanya belum berakhir sempurna, jika melihat kesejumlah daerah yang dulu menjadi basis, kantong atau daerah-daerah yang memiliki jasa besar untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Sebab  keterbatasan infrastruktur,  masih terlihat di salah satu pemukiman penduduk di atas pucak bukit Talang di Jorong Sikabu-Kabu, Nagari Sikabu-Kabu Tanjuang Haro Padang Panjang, Kecamatan Luak, Limapuluh Kota. Padahal di daerah perbukitan ini dulunya di jadikan para pejuang sebagai tempat pertahanan dari serangan-serangan penjajah.

Sejumlah bocah kecil berseragam Merah-Putih menenteng sepatu, melintasi salah satu ruas jalan tanah berlumpur saat menuju sekolah mereka, pagi itu. Jalan yang sama juga di gunakan oleh para pejuang dulunya untuk menghindari musuh saat memperjuangkan kemerdekaan. Kondisinya sama sekali tidak berbeda antara dulu dengan sekarang. Hanya saja kini tidak ada lagi desingan peluru dan ketakutan akan di berondong tembakan yang membuatnya berbeda. Sementara lumpur jalan yang cukup kental saat musim hujan tetap sama beceknnya. Tentunya masih sangat orisil tanah yang di injak para pejuang untuk merebut kemerdekaan jadi saksi sejarah, di salah satu daerah yang berjarak sekitar 9 kilometer di Selatan pusat Kota Payakumbuh itu. Sebab tanah tersebut belum pernah sekalipun di sentuh pembangunan, sejak zaman pejuang bergerilya guna merebut  kemerdekaan dari Belanda, saat pendudukan Jepang, zaman kemerdekaan, Orde Lama (Orba), Orde Baru dan Era Reformasi. Padahal dari cerita sejumlah warga dan saksi maupun pelaku sejarah, Talang merupakan benteng pertahanan yang cukup kuat dengan letaknya yang strategis. Tidak itu saja, bahkan pada masa perjuangan tersebut daerah yang berada di kaki gunung Sago ini, merupakan jalur aman mobilitas para gerilyawan. Sebab berada dekat dengan kawasan hutan sebagai persembunyian, jika sewaktu-waktu terjadi serangan mendadak dari tentara musuh. Bahkan menurut cerita salah seorang pejuang yang sempat bergabung dengan Fisabillah, Rasidin Datuak Paduko, 84 di Talang terdapat sebuah asrama darurat untuk Tentara Nasional Indonesia. Meski tidak di abdaikan degan monumen sejarah. Namun tempat itu kini telah di bangun sebuah Mushola dengan nama mushola "Pejuang 45". Tempat ini menunjukkan di daerah yang memiliki sekitar 40 kepala keluarga atau dua ratus lebih penduduk itu, menjadi salah satu basis perjuangan. "Di tempat bangunan mushola pejuang 45 itu, dulu adalah sebuah asrama sementara bagi para pejuang kemerdekaan. Saat Belanda masuk ke Payakumbuh, tentara nasional terpaksa mudur ke daerah ini,"ungkap Rasidin Datuak Paduko. Selain lurah Kincia di Situjuah Batua, sejumlah tempat didaerah ini, juga menjadi tempat menyusun strategi perjuangan. Salah satu tokoh pejuang yang masih menjadi bagian cerita sejarah di nagari Sikabu-kabu adalah Kapten Haji Amir. "Haji Amir adalah salah satu pimpinan kami, dia berpangkat Kapten di kesatuan Singa  Harau,"ucap Rasidin sambil  mengingat kembali. Sebagai saksi sejarah perjuangan melawan penjajahan masa itu, di sini juga terdapat sebuah benteng pertahanan semacam parit yang di gali di tanah sebagai pertahanan. Tempat itu, di kenal masyarakat setmpatdengan nama "Lubang Ase". Dari sini, sejenis senjata mesin yang dinamakan Ase yang mampu memuntahkan ratusan peluru dalam hitungan menit itu, di tembakkan. "Ase itu merupakan sejenis senapan mesin yang di letakkan di tanah dengan peluru sebesar jari kelingking orang dewasa. Bila Ase berbunyi biasanya juga membuat ciut nyali tentara Belanda,"ungkap pejuang yang mengaku hanya menerima uang veteran sebesar Rp 48 ribu setiap bulannya itu. Sayangnya tempat itu, tidak di pelihara sebagai saksi sejarah, sehingga mulai menghilang di tumbuhi semak belukar. Dari tempat itulah para pejuang melakukan pertahanan bila tentara musuh mulai memasuki perkampungan penduduk. Desingan peluru dari Ase, juga membuat ciut tentara musuh yang coba memasuki daerah di kaki gunung Sago itu. Warga di nagari Sikabu-kabu masih mendapatkan cerita bahwa penembak yang terkenal hebat menggunakan Ase tersebut, bernama Muat atau yang lebih dikenal dengan Muat Ase. Sayang pejuang ini, di kabarkan juga sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Tidak hanya mereka yang angkat senjata, sejumlah warga di kawasan ini juga memiliki jasa besar terhadap kemerdekaan. Sebab mereka menyediakan makanan  untuk para pejuang atau semacam dapur umum. Sehingga setiap pejuang yang melintas di kawasan ini, bisa mendapatkan makanan untuk terus bertahan hidup dalam perjuangan melawan penjajah. Sayangnya kawasan ini, sangat terlambat di sentuh pembangunan, bahkan masih ada jalan sepanjang 500 meter yang menghubungkanya ke nagari tetangga sama sekali belum di lapisi aspal alias jalan tanah. Pelajar di daerah ini terpaksa harus menenteng sepatu mereka untuk menuju sekolah mereka pada saat musim hujan seperti saat ini. Meski sudah ada sebagian jalan yang sudah  di lapisi aspal sejak beberapa tahun terkahir. Namun belum tuntas, dalam artian masih ada sekitar 1,5 kilometer lagi yang perlu di lapisi aspal hingga bisa jalur ini menghubungkan nagari Sungai Kamuyang dan Nagari Sikabu- kabu Tanjung Haro secara utuh. Soal penerangan jalan masyarakat sudah bisa menikmatinya, sejak tujuh bulan terakhir. Kendati demikian jika di bandingkan dengan lamanya Indonesia merdeka penerangan yang di nikmamati masyarakat cukup terlambat. "Sekarang kita hanya berharap jalan sepanjang 500 meter lagi, agar siswa tidak lagi menenteng sepatu kesekolah saat musim hujan,"harap Hardinaton, 32 salah seorang warga Talang, Jorong Sikabu-kabu. Masih adanya jalan di sepanjang jalan perjuangan di kedua daerah tersebut, di benarkan oleh Sekretaris Nagari Sikabu-Kabu Tanjuang Haro Padang Panjang, Mulyadi. Menurutnya jalan perjuangan seharusnya, sudah lebih baik. Sehingga jasa perjuangan yang dilakukan oleh sejumlah pejuang di daerah itu untuk Indonesia bisa di rasakan hasilnya. "Perjuangan belum berakhir, hanya saja perjuangan kita bagaimana pembangunan di daerah yang ikut dalam upaya perjuangan dapat menjadi perhatian pemerintah secara maksimal,"ungkapnnya. Menurut Mulyadi, terdapat beberapa pejuang di daerah ini, seprti Kapten Haji Amir, Angku Mudo Main, Haji Kutar, Rasidin Datuak Paduko, Rusli dan sejumlah pejuang lainnya.(fi)- http://www.limapuluhkotakab.go.id/berita/277/melihat-kondisi-daerah-di-jalan-perjuangan.html

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar