MELIHAT KONDISI DAERAH DI JALAN PERJUANGAN
Limapuluhkota - Perjuangan nampakanya belum berakhir sempurna, jika melihat kesejumlah daerah yang dulu menjadi basis, kantong atau daerah-daerah yang memiliki jasa besar untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Sebab keterbatasan infrastruktur, masih terlihat di salah satu pemukiman penduduk di atas pucak bukit Talang di Jorong Sikabu-Kabu, Nagari Sikabu-Kabu Tanjuang Haro Padang Panjang, Kecamatan Luak, Limapuluh Kota. Padahal di daerah perbukitan ini dulunya di jadikan para pejuang sebagai tempat pertahanan dari serangan-serangan penjajah.
Sejumlah
bocah kecil berseragam Merah-Putih
menenteng sepatu, melintasi salah satu ruas jalan tanah berlumpur saat
menuju
sekolah mereka, pagi itu. Jalan yang sama juga di gunakan oleh para
pejuang
dulunya untuk menghindari musuh saat memperjuangkan kemerdekaan.
Kondisinya
sama sekali tidak berbeda antara dulu dengan sekarang. Hanya saja kini
tidak
ada lagi desingan peluru dan ketakutan akan di berondong tembakan yang
membuatnya berbeda. Sementara lumpur jalan yang cukup kental saat musim
hujan
tetap sama beceknnya. Tentunya masih sangat orisil tanah yang di injak
para
pejuang untuk merebut kemerdekaan jadi saksi sejarah, di salah satu
daerah yang berjarak sekitar 9 kilometer di Selatan pusat
Kota Payakumbuh itu. Sebab tanah tersebut belum pernah sekalipun di
sentuh
pembangunan, sejak zaman pejuang bergerilya guna merebut kemerdekaan
dari Belanda, saat pendudukan
Jepang, zaman kemerdekaan, Orde Lama (Orba), Orde Baru dan Era
Reformasi.
Padahal dari cerita sejumlah warga dan saksi maupun pelaku
sejarah, Talang merupakan benteng pertahanan yang cukup
kuat dengan letaknya yang strategis. Tidak itu saja, bahkan pada masa
perjuangan tersebut daerah yang berada di kaki gunung Sago ini,
merupakan jalur
aman mobilitas para gerilyawan. Sebab berada dekat dengan kawasan
hutan sebagai persembunyian, jika sewaktu-waktu
terjadi serangan mendadak dari tentara musuh.
Bahkan menurut cerita salah seorang pejuang yang
sempat bergabung dengan Fisabillah, Rasidin Datuak Paduko, 84 di Talang
terdapat sebuah asrama darurat untuk Tentara Nasional Indonesia. Meski
tidak di
abdaikan degan monumen sejarah. Namun tempat itu kini telah di bangun
sebuah
Mushola dengan nama mushola "Pejuang 45". Tempat ini menunjukkan di
daerah yang memiliki sekitar 40 kepala keluarga atau dua ratus lebih
penduduk
itu, menjadi salah satu basis perjuangan. "Di tempat bangunan mushola
pejuang 45 itu,
dulu adalah sebuah asrama sementara bagi para pejuang kemerdekaan. Saat
Belanda
masuk ke Payakumbuh, tentara nasional terpaksa mudur ke daerah
ini,"ungkap
Rasidin Datuak Paduko. Selain lurah Kincia di Situjuah
Batua, sejumlah tempat didaerah ini, juga menjadi tempat menyusun
strategi
perjuangan. Salah satu tokoh pejuang yang masih menjadi bagian cerita
sejarah
di nagari Sikabu-kabu adalah Kapten Haji Amir. "Haji Amir adalah salah
satu pimpinan kami, dia berpangkat Kapten di kesatuan Singa Harau,"ucap
Rasidin sambil mengingat kembali. Sebagai saksi sejarah
perjuangan melawan penjajahan masa itu, di sini juga terdapat sebuah
benteng
pertahanan semacam parit yang di gali di tanah sebagai pertahanan.
Tempat itu, di kenal
masyarakat setmpatdengan nama "Lubang Ase". Dari sini, sejenis
senjata mesin yang dinamakan Ase yang mampu memuntahkan ratusan peluru
dalam
hitungan menit itu, di tembakkan.
"Ase itu merupakan sejenis senapan mesin
yang di letakkan di tanah dengan peluru sebesar jari kelingking orang
dewasa.
Bila Ase berbunyi biasanya juga membuat ciut nyali tentara
Belanda,"ungkap
pejuang yang mengaku hanya menerima uang veteran sebesar Rp 48 ribu
setiap
bulannya itu. Sayangnya tempat itu, tidak di pelihara sebagai saksi
sejarah,
sehingga mulai menghilang di tumbuhi semak belukar. Dari tempat itulah
para
pejuang melakukan pertahanan bila tentara musuh mulai memasuki
perkampungan
penduduk. Desingan peluru dari Ase, juga membuat ciut tentara musuh yang
coba
memasuki daerah di kaki gunung Sago itu. Warga di nagari Sikabu-kabu
masih
mendapatkan cerita bahwa penembak yang terkenal hebat menggunakan Ase
tersebut,
bernama Muat atau yang lebih dikenal dengan Muat Ase. Sayang pejuang
ini, di
kabarkan juga sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Tidak hanya
mereka yang angkat senjata, sejumlah
warga di kawasan ini juga memiliki jasa besar terhadap kemerdekaan.
Sebab
mereka menyediakan makanan untuk para pejuang atau semacam dapur umum.
Sehingga setiap pejuang yang melintas di kawasan ini, bisa
mendapatkan makanan untuk terus bertahan hidup dalam
perjuangan melawan penjajah. Sayangnya kawasan ini, sangat terlambat di
sentuh
pembangunan, bahkan masih ada jalan sepanjang 500 meter yang
menghubungkanya ke
nagari tetangga sama sekali belum di lapisi aspal alias jalan tanah.
Pelajar di daerah ini terpaksa harus menenteng sepatu
mereka untuk menuju sekolah mereka pada saat musim hujan seperti saat
ini.
Meski sudah ada sebagian jalan yang sudah di lapisi aspal
sejak beberapa tahun terkahir. Namun belum tuntas,
dalam artian masih ada sekitar 1,5 kilometer lagi yang perlu di lapisi
aspal
hingga bisa jalur ini menghubungkan nagari Sungai Kamuyang dan Nagari
Sikabu-
kabu Tanjung Haro secara utuh. Soal penerangan jalan masyarakat sudah
bisa
menikmatinya, sejak tujuh bulan terakhir. Kendati demikian jika di
bandingkan
dengan lamanya Indonesia merdeka penerangan yang di nikmamati masyarakat
cukup
terlambat. "Sekarang kita hanya berharap jalan sepanjang 500 meter lagi,
agar siswa tidak lagi menenteng sepatu kesekolah saat musim hujan,"harap
Hardinaton, 32 salah seorang
warga Talang, Jorong Sikabu-kabu.
Masih adanya jalan di sepanjang jalan perjuangan
di kedua daerah tersebut, di benarkan oleh Sekretaris Nagari Sikabu-Kabu
Tanjuang Haro Padang Panjang, Mulyadi. Menurutnya jalan perjuangan
seharusnya,
sudah lebih baik. Sehingga jasa perjuangan yang dilakukan oleh
sejumlah pejuang di daerah itu untuk Indonesia bisa di
rasakan hasilnya. "Perjuangan belum berakhir, hanya saja perjuangan kita
bagaimana pembangunan di daerah yang ikut dalam upaya perjuangan dapat
menjadi
perhatian pemerintah secara maksimal,"ungkapnnya. Menurut Mulyadi,
terdapat beberapa pejuang di daerah ini, seprti Kapten Haji Amir, Angku
Mudo
Main, Haji Kutar, Rasidin Datuak Paduko, Rusli dan sejumlah pejuang
lainnya.(fi)- http://www.limapuluhkotakab.go.id/berita/277/melihat-kondisi-daerah-di-jalan-perjuangan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar